Selasa, 04 Oktober 2016

modul ips smk kelas xi semester 2

modul ips kelas xi semester 2

STANDAR KOMPETENSI, KOMPETENSI DASAR, INDIKATOR DAN MATERI PEMBELAJARAN
STANDAR KOMPETENSI : Memahami kesamaan dan berbagai budaya
KOMPETENSI DASAR : Mengidentifikasikan berbagai budaya local, pengaruh     budaya  asing, dan hubungan antar budaya
INDIKATOR : Siswa diupayakan dapat menciptakan situasi belajar  yang mendorong munculnya kreatifitas mengenai budaya local, unsur – unsur budaya local, dan dampak masuknya budaya asing
MATERI PEMBELAJARAN : - Pengertian budaya dan budaya local
-  Unsur – unsur budaya
- Macam – macam budaya local di Indonesia
- Hubungan antar budaya


II. URAIAN MATERI PEMBELAJARAN

A. PENGERTIAN BUDAYA DAN BUDAYA LOKAL
1.  Pengertian Budaya
Budaya erat kaitannya dengan masyarakat. Berikut pengertian budaya menurut para ahli.

a. Pengertian secara Etimologi
Kata kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta  BUDDAYAH, bentuk jamak dari buddi yang berarti budi atau akal. Dengan demikian kebudayaan adalah hal – hal yang bersangkutan dengan akal.

b. Pengertian budaya menurut Selo Sumarjan dan Soelaiman Soemardi
- KARYA, masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah yang digunakan manusia untuk menguasai alam sekitar dan hasilnya dapat diabdikan untuk kepentingan masyarakat untuk mengatur masalah – masalah kemasyarakatan. Didalamnya termasuk agama, idiologi, kebatinan, kesenian, dan semua unsur yang merupakan hasil ekpresi jiwa manusia yang hidup sebagai anggota masyarakat.

- CIPTA, merupakan kemampuan mental, kemampuan berfikir orang – orang yang hidup dalam masyarakat. Cipta menghasilkan filsafat dan ilmu pengetahuan.

c. Pengertian budaya menurut Melville J. Herkovits dan Bronislaw Malinowski.
Mengatakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki masyarakat itu sendiri/ Cultural Determinism.
Herkovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi, disebut superorganik

d. Pengertian kebudayaan menurut Koentjaradiningrat.
Kebudayaan adalah keseluruhan system gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri dengan cara belajar.

e. Pengertian kebudayaan menurut Kroeber
Kebudayaan adalah keseluruhan gerak, kebiasaan, tata cara, gagasan, dan nilai – an nilai yang dipelajari dan di wariskan serta perilaku yang ditimbulkannya

f. Pengertian kebudayaan menurut Kluckohn
Kebudayaan adalah pola perilaku ekpslisit dan implicit yang dipelajaridan diwariskan melalui simbol yang merupakan prestasi khas manusia, termasuk perwujudtannya dalam bentuk benda budaya.

g. Pengertian kebudayaan menurut Ki Hajar Dewantara
Kebudayaan adalah semua hasil cipta, rasa dan karsa manusia

2. Budaya lokal dan budaya nasional
Setiap negara memiliki budaya nasional masing – masing. Budaya nasional Indonesia dibangun oleh bodaya local dan hasil serapan dari unsur – unsur budaya asing atau budaya global.

a. Pengertian budaya local dan nasional
Budaya local adalah budaya yang berkembang di daerah – daerah, dan merupakan milik suku – suku bangsa Nusantara. Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang multicultural dalam suku dan budaya. Setiap suku bangsa memiliki budaya local masing – masing yang memperkaya khasanah budaya nasional.

Budaya Nasioanal adalah kebudayaan yang terbentuk dari keseluruhan budaya local yang berkembang dalam kehidupan masyarakat Indonesia serta hasil serapan dari unsur – unsur  budaya atau budaya global.

Bangsa Indonesia yang mendiami wilayah Nusantara yang memiliki keragaman geografis terdiri dari beragam suku bangsa dan budaya / bersifat Bhinekka.
Meskipun bangsa Indonesia bersifat bhinekka tetapi dalam kehidupan sehari hari mencerminkan ke ‘ika’ an / satu kesatuan yang tunggal.
Bhinneka Tunggal Ika adalah bentuk penggambaran keragaman suku bangsa dan budaya Indonesia, tetapi tetap hidup rukun dan damai.

Akan tetapi kadang – kadang ke bhinekaan tersebut justru menjadi pemicu konflik social budaya yang dapat mengancam disintegrasi nasional. Tetapi dengan tetap berpedoman pada Pancasila dan UUD 1945, setiap konflik social yang terjadi dapat diselesaikan dengan semangat  kekeluargaan dan musyawarah mufakat.

Koentjaraningrat menyatakan bahwa kebudayaan nasional berfungsi sebagai pemberi identitas kepada suatu bangsa sebagai kontinuitas sejak zaman kejayaan bangsa Indonesia pada masa lampau sampai masa kini. Jadi kebudayaan Indonesia yang Bhinekka itu merupakan kebudayaan nasional yang fungsinya untuk memperkuat solidaritas dan nasionalisme.

Bagi bangsa Indonesia rumusan kebudayaan nasional jelas tercantum dalam Pasal 32 UUD 1945 yang menyatakan ‘ Kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budinya rakyat Indonesia dan seluruhnya’
Melalui proses pembiasaan dan proses cultural, akan menghasilkan etos kebudayaan yang khas. Etos kebudayaan ada karena kebudayaan itu sangat komplek dan menyangkut eksistensi manusia.
Menurut Kluckhonhn (1951), kebudayaan bersumber dari sifat – sifat biologis, psikologis, dan komponen lingkungan eksistensi manusia /masyarakat.

b. Perwujudan budaya nasional

Perwujudan budaya ada 2 yaitu perwujudan abstrak dan perwujudan konkret.
Perwujudan abstak budaya berupa gagasan, tindakan dan hasil karya manusia.
Perwujudan konkret berupa cara berbahasa, berperilaku, berpakaian, dan peralatan/materi/artefak.
1. Cara berbahasa
Dalam kehidupan sehari hari, masyarakat menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi. Selain secara lisan, bahasa Indonesia juga digunakan sebagai bahasa tulisan pada media massa, media elektronik, maupun media cetak seperti buku, surat kabar dan majalah. Bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar resmi.
Bahasa isyarat juga bisa digunakan sebagai bahasa sehari - hari,misalnya anggukan tanda setuju, menggeleng menandakan penolakan, angkat tangan, angkat telunjuk,  semua itu mengandung makna yang bisa dimengerti oleh pihak lain dalam komunikasi.
Bertutur menggunakan bahasa daerah bercampur bahasa Indonesia diperkenankan, karena keduanya merupakan perwujudan kebudayaan nasional.

2. Cara berperilaku
Perilaku pada dasarnya merupakan isi atau substansi budaya sebagai sistim tindakan.
Dengan kata lain pola sikap perilaku dipelajari dari kebudayaanya melalui proses internalisasi, sosialisasi, dan enkulturisasi. Dimana perilaku masyarakat tiap bangsa berbeda. Perbedaan pola sikap dan perilaku ini dipengaruhi oleh perbedaan latar belakang budaya yang berbeda – beda.

3. Cara berpakaian
Cara berpakaian setiap bangsa didunia berbeda – beda sesuai dengan sistim budayanya..
Pakaian yang digunakan untuk mengikuti kegiatan yang bersifat tradisi dinamakan pakaian adat atau pakaian daerah.

4. Peralatan hidup
Peralatan hidup pada dasarnya merupakan hasil karya cipta masyarakat Indonesia. Peralatan hidup baik yang bersifat tradisional maupun modern biasanya berupa alat produksi, senjata, wadah makanan dan minuman, jamu – jamuan, pakaian, perhiasan perumahan, serta alat komunikasi dan transportasi, semua dibuat dan diciptakan manusia.
Alat – alat komunikasi transportasi tradisional contohnya kentongan, bedug, andong,delman, sampan, perahu cadik dan sebagaianya.


B. UNSUR – UNSUR  BUDAYA
Unsur – unsur budaya ada 7 macam.

1. Religi/ kepercayaan
Adalah suatu keyakinan bahwa hal – hal yang dipercayai itu benar dan nyata. Tuhan, manusia, benda – benda, hewan dan lain – lain.
Untuk mengetahui asal mula religi orang – orang Eropa berupaya mempelajari sistim religi kuno. Semua aktivitas manusia yang berkaitan dengan kepercayaan atau agama didasarkan pada suatu getaran jiwa, yang disebut emosi keagamaan.
Emosi keagamaan inilah yang menyebabkan suatu benda, tindakan, atau gagasan
Tata cara pelaksanaan upacara keagamaan bermacam – macam sifat dan jenisnya, seperti sesaji, berkorban, berdoa, makan bersama, menari tarian suci, nyanyi – nyanyian, berpawai, memainkan drama, berpuasa, bersemedi, shalat, dan sebagainya. Diantara upacara keagamaan tersebut ada yang dianggap sangat penting oleh suatu penganut agama, tetapi tidak dikenal dalam agama lain.

2. Kekerabatan dan organisasi social
Apabila kita perhatikan, aktifitas kehidupan masyarakat selalu diwarnai oleh kegiatan yang bersifat kekerabatan dan organisasi social.

a. Sistim kekerabatan
Sistim kekerabatan adalah pola kehidupan suatu kelompok masyarakat yang bersifat dan bercirikan kekeluargaan atau kekerabatan karena adanya hubungan pertalian darah, keturunan nenek moyang adan asal usul identitas yang sama.
Sistim kekerabatan tiap suku berbeda beda, ada yang menerapkan kekerabatan matrilineal, patrilinial, parental, dan sebagaianya.

Pada pertengahan abad ke-19, ahli antropologi L.H.Morgan, E.B.Taylor, dan J.J. Bachofen telah meneliti sistim kekerabatan yang berlaku didunia. Selain sistim kekerabatan patrilinial, matrilineal, dan parental ada pula sistim kekerabatanbilinial dan ambilinial.

Menurut L.M. Morgan macam – macam sistim kekerabatan erat kaitannya dengan istilah kekerabatan. Masyarakat adat yang berdasarkan geneologi sering disebut sebagai masyarakat hukum

1) Sistim kekerabatan parental
Parental adalah sistim kekerabatan yang menarik garis keturunan dari kedua belah pihak yaitu ayah dan ibu. Sistim kekerabatan ini dianut oleh suku, Jawa, Sunda, Bugis, dan Makkasar.
Sistim kekerabatan parental dikelompokkan lagi menjadi 4, yaitu:

a) Ambilinial
Adalah sistim kekerabatan yang menarik garis hubungan keluarga dari pihak ayah atau pihak ibu secara bergantian.
Bagan sistim kekerabatan ambilinial

b) Konsentris
Adalah sistim kekerabatan yang menarik garis hubungan keluarga sampai jumlah tertentu. Misalnya pada suku bangsa Sunda dikenal istilah sabondoroyot ( satu keturunan dari nenek moyang yang dihitung sebanyak 7 generasi.

c) Primogenitur
Adalah sistim kekerabatan yang menarik garis hubungan keluarga dari ayah dan ibu yang usianya tertua saja.  Misalnya pembagian harta warisan, hanya anak sulung saja yang dapat.

d) Ultimogenitur
Adalah sistim kekerabatan yang menarik garik hubugan keluarga dari ayah atau ibu yang usianya termuda saja (bungsu). Misalnya pembagian harta warisan hanya anak bungsu saja yang mendapatkannya.

2) Sistim kekerabatan unilateral
Adalah sistim kekerabatan yang menarik garis hubungan keluarga dari satu pihak saja, yaitu dari pihak ayah (patrilinial), atau dari pihak ibu ( matrilineal). Yang mengenut sistim kekerabatan patrilinial adalah suku Batak, Flores, Minahasa. Sedangkan yang menganut sistim kekerabatan matrilineal adalah suku Minangkabau.

3) Sistim kekerabatan altenerend
Adalah sistim kekerabatan yang anggota – anggotanya menarik garis keturunan secara berganti – ganti sesuai dengan pola perkawinan yang diterapkan orang tua. Dalam sistim kekeranatan altenerend, garis keturunan patrilinial dan matrilineal berlaku berganti ganti.
Dalam kekerabatan altenerend dikenal 3 bentuk perkawinan, yaitu
a. Perkawinan berdasarkan garis keturunan ibu, disebut kawin semendo
b. Perkawinan berdasarkan garis keturunan ayah, disebut kawin jujur
c. rajo
- Apabila orang tuanya melakukan perkawinan semendo, maka anak – anaknya menarik garis kekerabatan dari pihak ibu.
- Apabila orang tuanya melakukan perkawinan jujur, maka anak – anaknya menarik garis kekerabatan dari pihak ayah.
- Jika orang tuanya melakukan perkawinan semendo rajo – rajo, maka anak – anaknya menarik garis kekerabatan dari pihak ibu dan ayah ( campuran )

b. Organisasi social
Organisasi social adalah perkumpulan yang dibentuk oleh masyarakat dalam rangka mencapai tujuan dan kepentingan bersama. Adanya organisasi social ini merupakan wujud kehidupan kolektif manusia sebagai makluk social. Perwujudan kehidupan kolektif manusia dalam skala besar ialah sebuah negara nasional.

Dalam suatu negara nasional terdapat sejumlah perkumpulan atau organisasi social. Di Indonesia kita mengenal adanya perkumpulan suku bangsa, Suku Jawa, Suku Dayak dan sebagainya. Dalam setiap suku bangsa terdapat desa dan kota. Di setiap desa atau kota terdapat organisasi pendidikan, organisasi politik, organisasi social lainnya.

3. Mata pencaharian
Mata pencaharian masyarakat mencerminkan corak kebudayaannya. Pada masyarakat tingkat peradaban atau kebudayaan masih sederhana , mata pencahariannya juga sederhana. Misalnya pada masyarakat pra aksara, mata pencahariannya sangat sederhana. Misalnya berburu dan meramu, beternak, menangkap ikan dan berkebun di lading. Berburu dan meramu adalah mata pencaharian yang paling tua di dunia.

Suku bangsa peternak hidup di daerah pegunungan, sabana, dan stepa. Mereka pada umumnya beternak kambing, domba, kuda, unta, dan ternak besar lainnya. Suku bangsa peternak pada umumnya hidup mengembara sepanjang musim dingin dan musim panas pada wilayah yang yang amat luas. Mereka berkemah pada malam hari. Itulah sebabnya suku bangsa peternak berperilaku agresif, pemberani dan pengembara yang ulung..

Bercocok tanam di lading atau berhuma juga merupakan pencaharian tradisional yang tergolong tua. Berladang dilakukan dengan cara membuka hutan, menebang, memotong, membersihkan belukar dan membakar ranting. Lading yang telah dibuka ditanami dengan tanaman yang diperlukan. Apabila lading itu sudah tidak subur, mereka meninggalkan dan membuka ladang baru.

Demikian juga dengan menangkap ikan, sejak zaman pra aksara, penduduk yang hidup didekat sungai, danau, atau laut, menangkap ikan sebagai mata pencahariannya.

4. Peralatan hidup
Tingkat peradapan suatu kelompok masyarakat tampak pula pada peralatan atau perlengkapan hidup yang digunakan. Pada masyarakat tradisional, peralatan hidup masih sederhana. Peralatan hidup yang digunakan pada masyarakat tradisional, antara lain berupa alat produksi, senjata, wadah, makanan, pakaian, tempat berlindung, dan alat transportasi. Sedangkan pada masyarakat modern peralatan hidup sudah menggunakan teknologi modern.

a. Alat produksi
Alat produksi pada masyarakat tradisional berupa peralatan yang terbuat dari batu, tulang, kayu, dan logam. Menurut ahli pra aksara K.T. Oakley dalam bukunya Man The Tollmaker (1950), terdapat empat macam alat produksi, yaitu pemukul, penekan, pemecah, dan penggiling.
Alat – alat produksi dalam dalam masyarakat tradisional dibedakan menurut fungsi dan lapangan pekerjaanya. Berdasarkan fungsinya, alat produksi berupa alat potong, alat tusuk, alat menyalakan api, alat pukul, dan sebagainya. Berdasarkan lapangan pekerjaanya, alat – alat produksi berupa alat ikat, alat tenun, alat pertanian, alat menangkap ikan, dan sebagaiannya.

b. Senjata
Senjata dalam masyarakat tradisional dapat dibedakan menurut bahan dan teknik pembuatannya. Bahan mentahnya dapat berupa kayu, tulang, dan logam. Teknik pembuatannya menggunakan tangan. Menurut fungsinya, dekenal senjata – senjata berupaalat potong, alat tusuk, senjata lempar, dan tameng. Menurut pemakaiannya, dikenal senjata – senjata yang digunakan untuk bahan berburu, berkelahi, berperang, perhiasan, dan sebagainya.. dalam masyarakat modern, senjata dibuat dengan menggunakan teknologi canggih. Bentuk dan jenisnyapun beragam, seperti senjata api, peluru kendali, tank, pesawat tempur, dan sebagainya.

c. Wadah
Dalam budaya masyarakat tradisional, wadah digunakan untuk menyimpan, menimbun, dan membawa barang. Berdasarkan bahan mentahnya, wadah terbuat dari bamboo, kayu, kulit kayu tempurung, tanah liat, maupun serat – serat seperti keranjang. Selain tempat menyimpan, wadah juga digunakan untuk memasak atau membawa barang. Dalam masyarakat modern wadah telah dibuat dengan teknologi modern.




d. Makanan
Dalam masyarakat tradisional makanan dibuat secara sederhana. Bahan mentahnya dapat berupa daun – daunan, sayur – sayuran, buah – buahan, biji – bijian, akar – akaran, dading, ikan dan sebagainnya. Ada dua cara dalam memasak makanan, yaitu dengan dibakar dan menggunakan batu panas. Batu – batu yang telah dipanaskan kemudian dimasukkan ke dalam bahan makanan. Dari tujuan konsumsi, makanan digolongkan dalam 4 macam, yaitu makanan dalam arti khusus (pokok), minuman, bumbu – bumbuan, dan makanan untuk kenikmatan misalnya tembakau, arak.
Pada masyarakat modern, makanan dan minuman dibuat dengan teknologi modern, sehingga jumlah dan mutunya bervariasi. Makanan masyarakat modern tidak hanya memperhatikan jumlah, tetapi juga memperhatikan gizi dan mutunya.

e. Pakaian
Pakaian merupakan benda budaya yang sangat penting bagi manusia. Tingkat kebudayaan masyarakat tercermin dari cara memilih dan mengenakan pakaian. Pada masyarakat tradisional, cara berpakaian masih sangat sederhana. Bahan pakaian terbuat dari daun – daunan, kulit pohon, kulit binatang, dan tenunan sederhana. Teknik pembuatannyapun bersifat sederhana, seperti diikat dan dicelup, ditinjau dari fungsinya, pakaian tradisional dibagi menjadi 4 macam, yaitu
1) Alat untuk melindungi tubuh dari pebgaruh alam/ cuaca
2) Lambing keunggulan
3) Simbol yang dianggap suci
4) Sebagai perhiasan.

Pada masyarakat modern, fungsi pakaian sudah lebih komplek dan bervariasi. Selain ke empat fungsi diatas, pakaian merupakan simbol san status sosial seseorang.

f. Perumahan
Rumah sebagai tempat berlindung. Sejak zaman purba, rumah menjadi kebutuhan hidup walaupun sifatnya masih sederhana, yaitu sebagai tempat berlindung dari cuaca dan ancaman binatang buas. Rumah tradisional bahannya terbuat dari tanah, jerami, bamboo, kayu, kulit pohon, atau kulit binatang.
Bentuk rumah tradisional ada 3 jenis yaitu rumah bawah tanah, rumah diatas tanah, dan rumah diatas tiang.
Dari sudut pemakaiannya rumah dibedakan menjadi 3 macam, yaitu rumah tadah angin, rumah gubug atau tenda, dan rumah untuk menetap.
Dari segi sosialnya rumah berfungsi sebagai tempat tinggal keluarga, tempat pemujaan, pertemuan umum, dan rumah pertahanan.
Pada masyarakat modern, rumah telah dibuat lebih komplek dan bervariasi, baik bahan maupun cara pembuatannya. Bahkan dalam masyarakat modern rumah telah menjadi ukuran atau simbol status social.

g. Alat transportasi
Alat transportasi dan segala bentukdan jenisnya merupakan unsur kebudayaan. Sejak zaman purba, manusia telah mengenal alat transportasi, walaupun masih sederhana. Pada masyarakat tradisional, alat transportasi terpenting yaitu rakit, perahu,kereta beroda,alat seret dan binatang.      
Pada suku tertentu jalan darat sebagai jalur transportasi tidaklah begitu penting, terutama bagi mereka yang tinggal ditepi sungai, danau, atau pantai.mereka menggunakan rakit, sampan, dan perahu sebagai alat transportasi.
Pada masyarakat modern, alat transportasi telah canggih, sehingga bentuk dan jenisnya bervariasi. Seperti sepeda motor, mobil, kereta api, kapal laut, pesawat terbang dan lain – lain.

5. Bahasa
Bahasa baik lisan, tulisan, maupun bahas isyarat merupakan komponen budaya. Bahasa menentukan tingkat kebudayaan atau peradaban kelompok masyarakat. Masyarakat praaksara tidak meninggalkan benda – benda bertulisan, sehingga dikatakan sebagai masyarakat  yang  terbelakang taraf peradabannya.
Sebaliknya pada masyarakat modern, yang mampu menguasai beberapa bahasa mencerminkan tingkat peradabannya sudah tinggi. Kemampuan bahasa inilah yang menyebabkan manusia mampu mengembangkan dan mewariskan kebudayaannya kepada manusia lainnya.

6. Kesenian
Kesenian meliputi seni sastra, seni rupa, seni musik, seni suara, seni tari, dan seni drama/film merupakan komponen kebudayaan. Kessenian merupakan ekspresi hasrat manusia akan keindahan untuk dinikmati terbagi menjadi 2 macam, yaitu seni yang dinikmati dengan mata ( seni rupa ) dan seni yang dinikmati dengan telinga ( seni suara). Seni rupa terbagi menjadi seni patung, seni lukis, seni gambar, seni ukir (seni relief ) dan seni rias. Seni suara meliputi seni vocal, seni musik, seni sastra. Kesenian yang mencakup seni rupa dan seni suara ialah seni gerak atau seni tari.
Seni drama merupakan kesenian yang mengintegrasikan seluruh cabang seni, sebab seni drama mengandung unsur – unsur seni sastra, seni musik, seni vocal, seni tari, seni rias/dekorasi. Wujud seni drama tradisional antara lain wayang, tonil, ketoprak. Wujud seni drama modern antara lain film, sinetron.
Dalam budaya masyarakat tradisional, baik bentuk, sifat, maupun jenis kesenian masih bersifat sederhana dan belum menjadi kebutuhan yang penting. Berbeda dengan masyarakat modern, kesenian menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi.

7. Pengetahuan
Pengetahuan juga merupakan komponen kebudayaan. Ilmu pengetahuan menaruh perhatian yang besar terhadap pengetahuan yang berkembang dalam masyarakat. Dari deskribsi etnografi, diketahui bahwa kepandaian setiap suku bangsa di dunia tidaklah sama. Kepandaian suku bangsa Negrito di Kongo dalam mengolah tanah, pengetahuan yang tinggi suku Polinesia dan Mikronesia dalam pembuatan perahu dan sistim navigasinya, kepandaian suku bangsa China dalam meramu obat – obatan tradisional.
Menurut ahli ilmu social, tiap suku bangsa telah memiliki pengetahuan dasar tentang alam sekitar, bahan mentah, zat dan benda, tubuh manusia, sifat dan perilaku manusia, serta ruang dan waktu. Pada masyarakat tradisional yang peradabannya masih sederhana, pengetahuan tentang alam sekitar masih terbatas pada pengetahuan tentang musim, sifat – sifat alam, bintang – bintang di langit, dan sebagainya. Pengetahuan tersebut berkaitan erat dengan keperluan praktis berburu dan meramu, bercocok tanam, beternak, dan berlayar.
Pengetahuan tentang alam dipengaruhi oleh sistim religi, terutama yang berhubungan dengan keingintahuan tentang asal mula penciptaan alam, dan gejala – gejala alam lainnya.
Pengetahuan tentang alam tumbuhan erat kaitannya dengan sistim mata pencaharian dan bercocok tanam.
Pengetahuan tentang alam binatang merupakan pengetahuan dasar dari suku bangsa yang hidup dari berburu, meramu, beternak, dan menangkap ikan.
Hubungan alamiah manusia dengan hewan, mendorong manusia untuk mengetahui lebih banyak tentang hakikat binatang. Pada masyarakat modern, rasa ingin tahu tentang dunia hewan mendorong lahirnya ilmu biologi, botani, dan zoology. Demikian pula pengetahuan tentang tubuh manusia sudah dikenal oleh suku – suku bangsa dalam masyarakat kuno, terutama yang dikembangkan oleh dukun untuk menyembuhkan penyakit. Pada masyarakat modern, pengetahuan tentang tubuh manusia dikembangkan menjadi ilmu kedokteran.
Pengetahuan dasar tentang manusia dan masyarakat telah dikenal sejak zaman kuno. Pergaulan antar sesama manusia dalam masyarakat mendorong munculnya adat istiadat, sistim nilai dan norma social.
Masyarakat tradisional juga telah mengenal pengetahuan tentang ruang dan waktu. Dasar – dasar tentang pengetahuan waktu, seperti lamanya waktu dalam setahun, sebulan, seminggu, dan sehari berdasarkan perputaran matahari. Pengetahuan tentang ruang, seperti menghitung jarak, panjang, tinggi, dan lebar, telah dikenal oleh bangsa Romawi dan Yunani Kuno. Pengetahuan tentang tulisan, huruf, dan bahasa juga telah diketahui oleh suku – suku bangsa di dunia. Huruf Paku, hieroglif, Pallawa, Jawa Kuno, Sunda, Bali Kuno, merupakan bukti bahwa manusia kuno telah mengenal tulisan. Dalam budaya modern pengetahuan mengenai tulisan telah berkembang menjadi ilmu bahasa dan sastra.

B. MACAM – MACAM BUDAYA LOKAL

BANGSA Indonesia dikenal sebagai bangsa yang multicultural dalam suku bangsa dan budaya, seperti suku Jawa, Batak, Bali, dan sebagainya, dimana setiap suku bangsa memiliki budaya local masing – masing. Di bawah ini beberapa tradisi budaya local yang berkembang dalam masyarakat Indonesia.

1. Tradisi upacara labuhan merapi
Tradisi budaya ini dilaksanakan setiap tanggal 30 Rajab sebagai rangkaian kegiatan upacara penobatan Sri Sultan Hamengku Buwono X sebagai Syltan Ngayogyakarta Hadiningrat.

2. Tradisi ngaben
Ngaben adalah upacara pembakaran mayat yang dilakukan oleh penganut agama Hindu Bali. Upacara ini dilaksanakan antara bulan Juni – September.

3. Tradisi betapung tawar
Betapung tawar adalah upacara menyiapkan menjadi seorang anak, yang merupakan tradisi masyarakat Martapura, Amuntai, Kandangan, dan Banjarmasin. Pada upacara ini dilaksanakan juga guring meayun, yaitu menidurkan anak pada ayunan.

4. Tradisi era – era tu urau
Adalah upacara tindik telinga untuk gadis – gadis yang menginjak usia dewasa. Ini adalah tradisi budaya suku bangsa Waropen di Papua. Upacara ini disebut era – era tu urau yang artinya tusuklah telinganya. Penusukan telinga dilakukan oleh seorang dukun yang di namakan aebe siewe, yang dianggap masyarakat setempat mempunyai kesaktian khusus. Makna dari tusuk telinga adalah, agar anak gadis tersebut mendengarkan hal – hal yang baik. Dengan melubangi telinga, maka anak gadis tersebut sudah pantas untuk berumah tangga atau menikah.

5. Tradisi adat Jawa
Tradisi adat Jawa antara lain:
a. Brokohan, yaitu upacara kelahiran bayi
b. Selapanan, yaitu upacara pemberian nama pada bayi baru lahir yang dilaksanakan pada hari ke 35 setelah kelahiran.
c. Tedhak siten, yaitu upacara bagi bayi usia 5 – 6 bulan pada saat pertama kali turun tanah.
d. Tetesan, yaitu upacara khitanan untuk putrid raja yang berusia 8 tahun
e. Supitan, yaitu upacara khitanan pada putra bangsawan yang sudah 14 tahun. Setelah menjalanu supitan, putera bangsawan tinggal di ksatrian yang terpisah dari ibunya.
f. Terapan, yaitu upacara inisiasi haid pertama bagi anak perempuan.

6. Tradisi perkawinan Batak Toba

a. Tahap martandan, adalah tahap mencari jodoh. Seorang laki – laki datang kerumah marga ibunya untuk mencari seorang gadis yang akan dijadikan istrinya.
b. Tahap marhusip, adalah pihak laki – laki mengirim utusan untuk menindak lanjuti niat laki – laki untuk meminang gadis pilihannya.
c. Dialap jual, pihak laki – laki membawa jual, yaitu bahan makanan yang diusung dikepala dan menjemput pengantin wanita.

d. Pembagian jambar (hewan), pihak pengantin pria menyerahkan seekor babi kepada pihak mempelai wanita, pada pembagian hewan ini disepakati bagian apa saja yang akan diberikan kepada keluarga wanita.

e. Prosesi di gedung pertemuan adat, kedua mempelai menuju pelaminan yang disambut dengan tarian tor – tor, sebagai ritus upacara pembukaan

f. Pemberian ulos, Hula – hula (keluarga mempelai pria )memberikan ulos kepada pihak mempelai wanita. Makna dari upacara ini agar kedua mempelai selalu hidup bersama – sama dalam suka dan duka

C. DAMPAK MASUKNYA BUDAYA ASING

Pengeruh budaya asing sudah lama masuk ke Indonesia yaitu sejak masuknya agama dan budaya Hindhu – Budha, Islam, dan Kristen. Pengaruh budaya asing semakin intensif, sejak dunia memasuki era globalisasi. Pada era globalisasi hampir tidak ada satu negarapun yang terlepas dari pengaruh budaya global, baik didunia politik, ekonomi, maupun social budaya.

1. Proses masuknya pengaruh budaya asing

Masuknya pengaruh budaya asing seiring dengan proses penyebaran unsur – unsur budaya global ke seluruh penjuru dunia, disebut difusi kebudayaan. Proses penyebaran unsur – unsur budaya sudah terjadi sejak zaman purbakala hingga sekarang. Bentuk tertua proses penyebaran budaya adalah melalui penyebaran (migrasi) kelompok manusia, dengan proses perpindahan kelompok manusia purba yang hidupnya berpindah – pindah tempat sambil berburu dan meramu.

Pada masa – masa berikutnya difusi kebudayaan dilakukan oleh kaum pedagang dan pelaut. Penyebaran agama – agama besar seperti Hindu, Budha, Islam, dan Kristen dilakukan oleh para pedagang, pelaut, dan penyebar agama. Pada masa penjajahan bangsa asing ( abad 16 – 20 ) terjadi proses penyebaran unsur – unsur budaya asing seperti Portugis, Inggris, Jepang, dan Belanda ). Masuknya budaya asing melalui penjajahan merupakan penetrasi budaya secara paksa. Pada zaman modern seperti sekarang ini proses penyebaran budaya lebih efektif melalui media elektronik, media komunikasi, surat kabar, dan sebagainya.





2. Pengaruh nilai – nilai budaya Barat

Nilai – nilai budaya barat ada yang membawa pengaruh positif dan ada yang negatif dan bertentangan dengan nilai – nilai budaya nasional. Oleh karena itu untuk mengahadapi pengaruh masuknya budaya barat diperlukan sikap kritis dan bijaksana. Masyarakat Barat hidup dalam dunia teknis dan ilmiah. Mereka menganggap nilai – nilai yang meminta kepekaan hati sebagai suatu yang tidak bermutu.

Dengan bersumber dari filsafat positivisme, dunia Barat mengakui kelayakan martabat kemanusiaan nilainya tidak terukur oleh apapun. Semua itu berpangkal pada penghargaan mutlak terhadap kebebasan manusia. Dalam tradisi humanistic, ditekankan bahwa manusia harus memilih untuk dirinya tentang kebenaran dan kebaikan.

Menurut Alfian ( 1985, 36 ) ada tiga pola atau corak reaksi terhadap pengaruh budaya asing yaitu sebagai berikut.
a. Corak reaksi menerima seluruh kebudayaan Barat.
Corak ini menganggap kebudayaan Timur / sendiri sudah tidak relevan lagi untuk menghadapi kondisi sekarang.
b. Corak reaksi yang sama sekali anti budaya Barat.
Corak ini menganggap kebudayaan Barat hanya melahirkan manusia kejam dan kebudayaan Timur lebih unggul.
c. Corak reaksiyang berusaha melihat perbenturan antara budaya Timur dan Barat.
Corak reaksi ini berusaha mengambil jarak dan menilai secara jujur keunggulan kebudayaan Barat dan kelemahan kebudayaan Timur, sekaligus mempertahankan relevansi nilai – nilai Barat dan Timur.
D. HUBUNGAN ANTAR BUDAYA
Hubungan antar budaya adalah peristiwa saling berhubungan dan saling mempengaruhi di antara budaya local. Misalnya hubungan yang saling mempengaruhi antara budaya Sunda dengan budaya Jawa, dan sebagainya.
Hubungan antar budaya yang memungkinkan terjadinya adaptasi kebudayaan tersebut menurut ilmu antropologi dilakukan melalui proses:
Difusi budaya yaitu penyebaran unsur budaya ke seluruh penjuru dunia
Akulturasi kebudayaan yaitu masuknya unsur – unsur budaya asing ke dalam unsur budaya sendiri
Asimilasi kebudayaan yaitu  percampuran unsur – unsur budaya yang berbeda
Integrasi kebudayaan yaitu  bersatunya unsur – unsur  budaya yang berbeda
Discovery dan Inovasi yaitu penemuan baru

Masyarakat Indonesia yang dikenal hiterogen dalam berbagai aspek, sebagai pembentuk budaya nasional karena adanya hubungan antar budaya. Hubungan antar budaya seringkali menemui hambatan, seperti penggunaan bahasa, nilai dan norma masyarakat. Padahal syarat terjadinya hubungan tersebut harus dilandasi oleh saling pengertian dan pertukaran informasi antara satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, hubungan antar budaya tidak selamanya berdampak positif, tetapi dapat berdampak negatif berupa timbulnya konflik antar budaya yang dapat mengancam integrasi budaya nasional.



UJI KOMPETENSI 1
I. Pilihan Ganda
Pilihlah jawaban yang benar dengan memberi tanda silang ( X ) pada huruf a, b, c, d, atau e.

1. Istilah kebudayaan berasal dari kata buddayah sebagai bentuk jamak dari kata budi, yang artinya akal. Kata buddayah berasal dari bahasa….
a. Latin b. Sanskerta c. Pallawa d. Yunani e. Inggris
2. Kebudayaan adalah keseluruhan sistim gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan cara belajar. Definisi kebudayaan tersebut dikemukakan oleh….
a. Koentjaraningrat b. Kluckhohn  c. Selo Sumardjan d. Ki Hajar Dewantara e. Kroeber

3. Pengaruh sistim religi masuarakat Indonesia tidak tercermin dari kegiatan….
a. Upacara keagamaan d. Keanekaragaman umat beragama
b. Peringatan hari – hari besar keagamaan e. Perdukunan/ ilmu ghaib
c. Bergotong royong dalam membangun desa

4. Sistim kekerabatan yang anggota - anggotanya mengikuti garis keturunan dari pihak ibu adalah….
a. Parental b. Matrilinial c. Unilateral d. Altenerend e. Patrilinial

5. Berikut ini organisasi social yang berupa perkumpulan adalah….
a. Marga b. Paguyuban c. Klan d. Masyarakat         e. Suku Bangsa

6. Alat transortasi paling tua yang pernah digunakan manusia adalah….
a. Binatang besar    b. Sepeda    c. Roda empat     d. Kereta api          e. Rakit

7. Jenis kesenian yang mencakup berbagai seni di dalamnya adalah….
a. Seni suara b. Seni drama c. Seni rupa d. Seni ukir e. Seni tari

8. Fungsi bahasa untuk mempelajari naskah – naskah kuno disebut….
a. Fungsi praktis c. Fungsi keilmuan e. Fungsi artistic
b. Fungsi adaptif d. Fungsi filologis

9. Penemuan unsur – unsur social budaya yang baru, baik berupa peralatan, ide masyarakat, disebut….
a. Difusi b. Invention  c. Asimilasi    d. Inovation e. Discovery
10. Berikut ini factor – factor yang mendorong penemuan – penemuan baru, kecuali…
a. Berkembangnya berbagai keahlian dalam kehidupan masyarakat
b. Adanya perangsang atau pendorong bagi aktivitas – aktivitas penciptaan baru
c. Dicapainya kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi
d. Terjadinya perubahan social budaya yang sangat cepat
e. Masuk dan berkembangnya unsur – unsur budaya baru dari luar

11. Berikut yang menunjukan proses akulturasi adalah…
a. Percampuran dua kebudayaan yang berbeda tanpa kehilangan kepribadian budaya sendiri
b. Penyesuaian atau peleburan sifat – sifat kebudayaan dengan sifat – sifat kebudayaan yang berbeda
c. Proses penemuan baru dari unsur – unsur kebudayaan
d. Penyebaran unsur – unsur budaya ke daerah lain
e. Proses mempelajari unsur – unsur budaya asing

12. Berikut ini menggambarkan proses evolosi budaya, kecuali….
a. Perkembangan bahasa daerah Nusantara
b. Adanya bermacam – macam mata pencaharian hidup
c. Berkembangnya sistim kekerabatan
d. Berkembangnya sistim religi
e. Dicapainya penguasaan iptek

13. Proses perubahan budaya yang menyebabkan hilangnya sifat – sifat khas dari unsur – unsur budaya masing – masing adalah…
a. Akulturasi b. Difusi c. Asimilasi d. Enkulturasi e. Inovasi

14. Proses difusi kebudayaan dalam era globalisasi dewasa ini sangat cepat berkat…
a. Penyebaran penduduk dunia d. Agent of acculturation
b. Kemajuan teknologi komunikasi e. Kemajuan teknologi transportasi
c. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

15. Pengaruh negatif globalisasi tampak dari berkembangnya sikap dan perilaku berikut, kecuali…
a. Individualisme c. Demonstrasi e. Sekularisme
b. Kapitalisme d. Ekstremism


II. Uraian
Jawablah pertanyaan – pertanyaan berikut ini secara singkat dan benar !

1. Apakah yang dimaksud dengan budaya?

2. Jelaskan perbedaan antara budaya local dan budaya nasional!

3. Sebutkan 3 macam – macam budaya local !

4. Sebutkan dampak yang ditimbulkan pengaruh budaya asing pada masyarakat Indonesia !
























MODUL VII.2

I. STANDAR KOMPETENSI, KOMPETENSI DASAR, INDIKATOR DAN MATERI PEMBELAJARAN
STANDAR KOMPETENSI : Memahami kesamaan dan berbagai budaya
KOMPETENSI DASAR : Mendiskripsikan perkembangan kelompok social dalam masyarakat multikultural
INDIKATOR : - keragaman budaya diidentifikasi berdasarkan factor – factor  penyebabnya
- Keragaman budaya dianalisis berdasarkan manfaatnya
- Contoh – contoh budaya local dideskribsikan sesuai kondisi masyarakat setempat
MATERI PEMBELAJARAN : - Faktor – factor penyebab keragaman budaya
- Manfaat keragaman budaya
- Contoh – contoh budaya local di masyarakat setempat


II. URAIAN MATERI PELAJARAN

A. FAKTOR  PENYEBAB KERAGAMAN BUDAYA

Keragaman budaya lokal merupakan potensi yang besar bagi pembentukan budaya nasional. Keragaman budaya inilah yang menyebabkan karakteristik budaya nasional bangsa Indonesia menjadi khas, yang membedakan dengan budaya bangsa – bangsa lain di dunia.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang penduduknya berasal dari nenek moyang yang sama, tetapi terpisah terpisah oleh lautan sehingga memutus hubungan mereka satu sama lain, yang menyebabkan perkembangan kebudayaan yang berbeda – beda. Menurut ahli antropologi, terdapat empat kelompok suku bangsa yang mendiami kepulauan Indonesia, yaitu :
1. Kelompok Melanisia, terdiri dari  Aceh, Batak, Minangkabau, sunda, Jawa Tengah dan Timur, Madura, Bali, Sasak, Timor, Dayak, Minahasa, Toraja, Makkasar, Bugis.
2. Kelompok Polynesia dan Proto-Austronesia, terdiri dari suku Ambon dan Papua.
3. Kelompok Mikronesia, terdapat di pulau – pulau kecil pada perbatasan wilayah timur Indonesia.

1. Keberagaman suku bangsa

Manusia pertama yang hidup di kepulauan Indonesia sudah ada sejak 500.000 tahun lalu. Manusia purba pertama yang ditemukan oleh Eugene Dubois diberi nama Pithecanthropus Erectus, ditemukan di beberapa tempat di sekitar Sungai Bengawan Solo. Fosil manusia purba lainnya  ditemukan di daerah Wajak. Homo Wajakensis mirip dengan manusia Austro Melanesoid yang telah menjelajah kea rah Barat (Sumatra) dan Timur (Papua).

Menurut ahli sejarah, pada masa 3000 – 500 SM Indonesia sudah dihuni oleh penduduk Migran Submongoloid dari Asia, yang kemudian menikah dengan penduduk Indigenous. Pada masa 1000SM, pernikahan silang masih terjadi dengan penduduk migrant Indo-Arian dari Asia Selatan, subkontinen India. Gelombang masuknya pendatang dari India masih hingga abad ke-7M, telah membawa dan menyebarkan agama dan kebudayaan Hindu dan Budha ke Indonesia. Para pedagang muslim dari Gujarat (India) juga datang ke Indonesia sekitar abad ke-13 M. sambil berdagang mereka menyebarkan agama dan budaya Islam.

Pada tahun 1511 bangsa Portugis datang di Kepulauan Indonesia. Kedatangan mereka berkaitan dengan kebutuhan masyarakat Eropa terhadap rempah – rempah. Kedatangan bangsa Portugis kemudian diikuti oleh para pedagang Spanyol, Belanda, dan Inggris. Selain mencari rempah-rempah mereka juga mempropagandakan agama Kristen. Belanda berhasil menjalankan politik monopoli terhadap rempah-rempah di Nusantara. Hal itu merupakan awal dari 350 tahun kolonialisme Belanda di Indonesia.

Ada sekitar 360 suku bangsa di Indonesia yang hidup tersebar dari Sabang (batas paling ujung Sumatra) sampai Merauke di Papua. Komunitas Jawa merupakan jumlah terbesar dari total penduduk Indonesia. Wilayah Indonesia Timur meliputi, Irian Jaya (Papua), dan Papua Nugini digolongkan menjadi satu dengan kebudayaan penduduk Melanisia.

Klasifikasi aneka warna suku bangsa di Kepulauan Indonesia berdasarkan pada sistim lingkaran hukum adat. Sistim klasifikasi ini mula – mula disusun oleh Van Vollenhoven, yang membagi Indonesia ke dalam 19 daerah suku bangsa berdasarkan hukum adat, yaitu:
1. Aceh 10. Toraja
2. Gayo-Alas dan Batak 11. Sulawasi Selatan
2a. Nias dan Batu 12. Ternate
3. Minangkabau 13. Ambon (Maluku)
3a.Mentawai 13a.Kepulauan Barat Daya
4. Sumatra Selatan 14. Irian
5. Melayu 15. Timor
6. Bangka dan Belitung 16. Bali dan Lombok
7. Kalimantan 17. Jawa Tengah dan Jawa timur
8. Minahasa 18.
8a. Sangir-Talaud 19. Jawa Barat
9. Gorontalo


2. Keberagaman bahasa dan dialek
Dinegara kita ada sekitar 250 bahasa dan dialek yang dikelompokkan berdasarkan kelompok suku bangsa yang hidup tersebar di Nusantara. Diantara bahasa daerah atau local yang digunakan oleh masing – masing suku terdapat ragam dialek yang berbeda – beda pula.

Bahasa nasional Indonesia diperkenalkan secara resmi sejak kemerdekaan Indonesia dan diberi nama Bahasa Indonesia. Leksikon atau struktur bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu yang diperkaya oleh bahasa – bahasa daerah Nusantara. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pemersatu, tetapi bahasa daerah tetap dipelihara dan dikembangkan. Pada bulan Agustus 1973, Indonesia dan Malaysia menandatangani kesepakatan pembakuan ejaan Bahasa Pemersatu di Malaysia dan Bahasa Indonesia di Indonesia, yang keduanya memiliki kemiripan.


3. Keberagaman agama/kepercayaan
Salah satu karakteristik masyarakat Indonesia adalah penghargaan yang tinggi terhadap kehidupan beragama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Di Indonesia ada 5 agama yang resmi diakui , yaitu Islam, Katholik, Protestan, Hindu, dan Budha. Selain kelima agama tadi, kepercayaan juga dihargai terutama yang berkembang dalam kelompok masyarakat terisolir, yang dinamakan kepercayaan tradisional.

Umat beragama di Indonesia hidup rukun dan berdampingan satu sama lain, itu disebabkan karena Indonesia memiliki semangat toleransi yang tinggi dalam kehidupan beragama. Kebebasan beragama dan beribadah diatur dalam UUD 1945 Pasal 29 ayat (2) yang berbunyi : ‘Negara menjamin kemerdekaan tiap – tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing – masing dan untuk beribadah menurut agama dan kepercayaannya’.

4. Keberagaman seni dan budaya
Bangsa Indonesia dikenal sangat kaya akan seni dan budayanya, seperti seni sastra, seni tari, seni ukir, seni drama, dan lain – lain. Tarian dan drama di Jawa dan Bali merupakan perpaduan dari mitologi asli dan pengaruh Hindhu – Budha. Demikian pula seni kerajinan tangan, masyarakat Indonesia dikenal terampil dan tercermin dari variasi,  bentuk, dan modelnya. Batik merupakan pakaian hasil celupan dan ukiran lilin yang khas buatan masyarakat Jawa.


B. KERAGAMAN BUDAYA DAN MANFAATNYA

Keberagaman budaya banyak manfaatnya, antara lain sebagai modal dasar kekuatan dalam membangun bangsa Indonesia menuju bangsa yang besar dan modern.

Kebudayaan adalah kerangka acuan perilaku bagi masyarakat dan  penduduknya berupa nilai – nilai (kebenaran, keindahan, keadilan, kemanusiaan, kebajikan, dan sebagainya), sedangkan peradaban adalah penjabaran nilai – nilai tersebut, melalui perwujudan norma – norma yang selanjutnya dijadikan tolok ukur bagi kepantasan perilaku warga masyarakat. Nilai keadilan diwujudkan melalui hukum dan sistim peradilan, nilai keindahan dijabarkan melalui berbagai norma artistic, nilai kesusilaan dinyatakan melalui berbagai tata krama, nilai religious diungkapkan melalui berbagai norma agama.

Pasang surutnya kebudayaan sepanjang sejarah kemanusiaan, ditentukan oleh sejauh mana kebudayaan itu masih berlanjut sebagai  kerangka acuan untuk dijabarkan melalui sesuatu tatanan normative. Misalnya, kebudayaan Pharaonic yang berlaku dalam masyarakat Mesir Kuno surut seiring dengan kian memudarnya kebudayaan itu sebagai sumber acuan untuk menjabarkan norma – norma perilaku masyarakat Mesir sekarang
Dalam sejarah kemanusiaan, banyak contoh yang menunjukkan timbul tenggelamnya kebudayaan sangat dipengaruhi oleh apa  yang terjadi dalam pertemuan antar budaya, yaitu sejauh mana satu di antara pihak yang saling bertemu kurang atau tidak lagi memiliki ketahanan budaya.

Dalam kondisi demikian itulah pertemuan antar budaya sangat berpengaruh atas perimbangan antara kedua budaya tersebut. Tangguh atau rapuhnya ketahanan budaya biasanya disebabkan karena menurunnya kesadaran masyarakat yang bersangkutan terhadap kebudayaannya sebagai pengukuh jati diri bangsanya.

Teknologi informasi dan komunikasi dalam era globalisasi merupakan pendukung utama bagi terselenggaranya pertemuan antar budaya. Dengan dukungan teknologi modern, informasi dalam berbagai bentuk dan kepentingan dapat disebarluaskan sehingga dengan mudah dapat memperngaruhi cara pandang dan gaya hidup kita. Makin canggih dukungan tersebut, makin besar pula arus informasi yang dapat dialirkan dengan jangkauan yang luas dan dampak global. Gejala tersebut nyata berpengaruh atas terbentuknya sikap mental dan cultural pada pihak yang diterpa arus



Dapat digambarkan bahwa salah satu konsekuensi dari terjadinya pertemuan antar budaya ialah, kemungkinan terjadinya perubahan orientasi pada nilai – nilai yang selanjutnya berpengaruh pada terjadinya perubahan norma – norma peradaban sebagai tolok ukur perilaku warga masyarakat sebagai satuan budaya..

C. CONTOH BUDAYA LOKAL / DAERAH

Untuk memahami lebih lanjut, pelajarilah uraian macam – macam budaya local beberapa suku bangsa Nusantara berikut ini!

1. Suku bangsa Batak
Suku bangsa Batak sebagian besar mendiami daerah Pegunungan Sumatra Utara, mulai perbatasan Propinsi Nangro Aceh Darussalam di sebelah utara sampai perbatasan Propinsi Riau dan Propinsi Sumatra Barat disebelah selatan. Suku bangsa Batak pada umumnya mendiami daerah Dataran Tinggi Karo, Langkah Hulu, Deli Hulu, Simalungun, Dairi, Toba, Humbang, Silindung, Angkota, Mandailing, dan Kab Tapanuli Tengah.
a. Sistim religi / kepercayaan
Kehidupan masyarakat Batak dipengaruhi beberapa agama, seperti Islam, Khristen, Katholik, Hindu, dan Budha. Agama Kristen dan Islam sudah ada sejak abad ke-19. Agama Islam disiarkan oleh orang – orang Minangkabau pada tahun 1810, dan banyak dianut oleh sebagian besar masyarakat Tapanuli Selatan. Agama Kristen disiarkan ke daerah Toba dan Simalungun oleh organisasi penyiaran agama dari Jerman pada tahun 1863 dan ke daerah Karo oleh orang – orang Belanda.
Sumber utama untuk mengetahui sistim kepercayaan orang asli Batak adalah melalui buku–buku kuno yang dinamakan pustaha, yang berisi silsilah – silsilah (tarumbo) dan tentang dunia makluk halus.

Menurut kepercayaan nenek moyangnya, orang – orang Batak mengenal tiga konsep jiwa atau roh, yaitu tondi, sahala, dan begu .Tondi adalah jiwa atau roh orang itu sendiri yang merupakan kekuatannya. Sahala adalah kekuatan yang dimiliki seseorang. Tidak semua orang memiliki sahala, dan kwalitasnyapun berbeda – beda. Orang Batak Karo menyebut sahala sebagai sumangat, artinya tuah atau kesaktian. Tondi merupakan kekuatan yang memberi hidup kepada bayi (calon manusia), sedangkan sahala menentukan wujud dan jalan orang itu dalam kehidupan selanjutnya.
 Kedua jenis makluk halus ini dianggap suka menolong manusia dan tinggal di dalam gua – gua atau ditebing – tebing sungai yang curam. Orang Batak juga percaya pada kekuatan sakti dan jimat (tangkal), tongkat wasiat (tunggal panaluan) dan mantra – mantra (tabas), yang dianggap mengandung kekuatan sakti. Semua kekuatan sakti itu, menurut kitab – kitab ilmu gaib orang Batak, berasal dari pemberian Si Raja Batak.

b. Sistim kekerabatan
Suku bangsa Batak menganut sistim kekerabatan patrilinial, yaitu mengikuti garis keturunan dari pihak bapak atau laki – laki. Kelompok kekerabatan dihitung atas adasar atu ayah, satu kakek, atau satu nenek moyang. Hubungan keturunan berdasarkan satu ayah dinamakan, pada orang Karo, dan saama pada orang Toba. Kelompok kekerabatan yang terkecil adalah keluarga batih, yang pada orang karo disebut jabu dan pada orang Toba disebut .
Keluarga sada dini (saomapu) merupakan klen terkecil. Kelompok kekerabatan ini meliputi kerabat patrilinial yang masih dikenal garis hubungan kekerabatannya.  Keluarga kekerabatan yang terbesar disebut merga (Karo), marga (Toba). Pada orang Karo, merga dapat berarti klan besar patrilinial, seperti merga Ginting, Merga Sembiring, dan Merga Perangin – angin. Merga juga dapat berarti bagian dari klan besar patrilinial, seperti Marga Barus, Merga Pandia, Merga Singarimbun, dan Merga Tambunan. Pada orang Toba marga berarti klan patrilinial, seperti Marga Nababan, Marga Lumbantoruan, Marga Sibuarian, dan sebagainya.
Selain itu, pada orang Toba marga dapat berarti gabungan klen (fratri), seperti fratri Lontung, Fratri Sumban, dan Fratri Borbor. Pada orang Karo, nama merga merupakan nama kolektif tanpa menghiraukan adanya satu nenek moyang. Pada orang Toba, istilah marga menunjukan nama dan nenek moyangnya. Contoh, bila seorang Toba bernama Siregar Silo, maka ia pasti keturunan dari nenek moyang bernama Silo anaknya Siregar.  Dalam kehidupan masyarakat Batak, terdapat hubungan yang mantap antara kelompok kerabat tempat istrinya berasal dengan kelompok kerabat dari suami adik perempuannya. Kelompok pertama disebut kalimbubu, artinya kelompok pembeli gadis, sedangkan kelompok kedua disebut , artinya kelompok penerima gadis. Kelompok sendiri dinamakan senina (Karo), dongan tubu
Perkawinan pada orang Batak merupakan pranata yang mengikat kedua belah pihak, baik laki – laki maupun perempuan.
Keluarga Batak bersifat monogamy walaupun hukum Batak yang berlaku di Pengadilan Negeri tidak melarang Poligami. Apabila seorang perempuan Batak Toba menjadi istri kedua, maka ia dan anak – anaknya sama sekali tidak berhak atas segala harta yang ada. Ia harus mencari nafkahnya sendiri.
c. Kesenian
Keberagaman kesenian suku Batak trcermin dari rumah adat, motif batik, adat upacara kematian, pakaian adat, lagu – lagu, dan tarian daerah. Seni bangunan tradisional orang Batak terdiri atas 5 macam, yaitu:
1. Balai batu, yaitu bangunan pintu gerbang untuk menjaga perkampungan dan tempat tidur bagi para penjaga lingkungan.
2. Rumah Balon Adat, bangunan rumah untuk sang raja.
3. Balai Balon Adat, yaitu bangunan tempat kantor pengadilan yang diselenggarakan oleh raja.
4. Jambur, yaitu bangunan tempat menyimpan padi
5. Pantangan, yaitu bangunan tempat menenun.

Bentuk bangunan rumah balon adat menhadap ke timur dan terbagi menjadi dua bagian, yaitu bagian depan (lopo) sebagai tempat tinggal raja dan saudaranya, dan bagian belakang (rumah balon)  adalah sebagai tempat tinggal raja, anak dan istrinya.
Orang – orang Batak gemar sekali bernyanyi dan menari, oleh karena itu berbagai jenis lagu tradisional, dan tariannya sampai sekarang masih terpelihara dengan baik.

2. Suku bangsa Minangkabau
Daerah kebudayaan Minangkabau seluas daerah Propinsi Sumatra Barat. Daerah daratan dianggap sebagai asal kebudayaan Minangkabau. Daerah daratan ini terbagi menjadi tiga bagian luhak (setingkat kabupaten ) yaitu Tanah Datar Agam, Limo Palueh, Koto, dan Sohok.
Pendukung kebudayaan Minang adalah, masyarakat yang hidup di beberapa tempatdi Sumatra dan di Malaysia. Hal itu ditunjukkan dengan adanya koloni orang – orang Minangkabau di Aceh Barat sekitar Meulaboh Aceh Selatan sekitar Tapaktuan.

a. Sistim religi/kepercayaan
Suku bangsa Minang hampir seratus persen beragama Islam. Orang Minang hampr tidak mengenal unsur kepercayaan lain selain yang diajarkan dalam agama Islam.
Pada masyarakat Minang, juga hampir tidak dikenal adanya upacara keagamaan yang khas. Upacara keagamaan yang pentinga adalah Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha. Upacara yang dianggap penting selain diatas adalah, upacara tabuik, kitan, katam, dan upacara penguburan mayat.
Dalam organisasi social terdapat jabatan adat yang mengandung tugas – tugas keagamaan, yaitu manti. Ditingkat desa jabatan dan tugas – tugas keagamaan disebut angkukali atau kadi.

b. Sistim kekerabatan
Suku bangsa Minang menganut sistim kekerabatan matrilineal, yaitu mengikuti garis keturunan dari pihak ibu atau perempuan. Kedudukan ayah diluar keluarga istri dan anak – anaknya. Kekuasaan atas kekeyaan berada sepenuhnya di pihak istri dan anak – anaknya walaupun suami yang mencari nafkah. Anggota keluarga Minang memperhitungkan dua generasi atau diatas Ego laki – laki dan satu generasi dibawahnya, yang meliputi:
1. Ibu – ibu
2. Saudara perempuan dan laki – laki dari ibu – ibu
3. Anak laki – laki dari saudara perempuan ibu
4. Anak laki – laki dan perempuan dari saudara perempuan ibu – ibu
5. Anak laki – laki dan perempuan dari saudara perempuan ego
6. Anak laki – laki dan perempuan dari anak perempuan saudara perempuan ibu – ibu.

Menurut tradisi budaya Minangkabau, seorang ayah dianggap keluarga lain dari keluarga istri dan anak – anaknya. Demikian pula seorang anak dari seorang laki – laki akan termasuk keluarga lain dari ayahnya. Oleh karena itu, keluarga batih menjadi kabur dalan sistin kekerabata Minangkabau. Keluarga batih tidak menjadi penentu kesatuan kekerabatan yang mutlak.
Istilah suku dalam kekerabatan Minangkabau menyerupai klen matrilineal dan jodoh haros dipilih dari luar sukunya sendiri. Di beberapa daerah Minangkabau, seseorang dilarang menikah dalam kampungnya sendiri, sedangkan di daerah lainnya orang harus kawin di luar sukunya sendiri.
Perkawinan dalan masyarakat Minang tidak mengenal mas kawin. Di beberapa daerah, keluarga pengantin perempuan memberi sejumlah uang atau barang kepada keluarga pengantin laki - laki sebagai alat menjemput supaya mau mengewini perempuan  itu, disebut uang jemputan. Hal terpenting dalam perkawinan adat Minang adalah pertukaran benda sebagai lambing berupa cincin atau keris diantara keluarga mempelai. Setelah upacara pernikahan, suami hanya datang berkunjung kerumah istrinya pada waktu malam saja, setelah itu suami numpang tinggal dirumah istrinya. Jika terjadiaian perceraian maka suami harus keluar dari rumah istrinya dan anaknya ikut dengan ibunya.

c. Kesenian
Seni budaya masyarakat Minang lebih bercorak pada keislaman. Hal itu tampak pada seni bangunan, ukir – ukiran, tari – tarian, lagu – lagu daerah, dekorasi, dan kaligrafi. Rumah adat Minangkabau disebut rumag gadang, tarian tradisional yang masih terpelihara adalah tari tabuik, tarian yang paling digemari adalah , yaitu tarian yang melambangkan semangat gotong royong dalam mngerjakan tugas bertani.

3. Suku bangsa sunda
Suku bangsa  Sunda secara turun – temurun menggunakan bahasa Sunda dalam percakapan sehari – hari, berasal dari daerah Pasundan, Jawa Barat. Secara geografis daerah kebudayaan suku Sunda dibatasi oleh Sungai Citarum dan Sungai Citanduy.
Bahasa Sunda yang murni dan halus berkembang di daerah Priangan, seperti Kab Ciamis, Tasikmalaya, Garut, Sumedang, Bandung, Sukabumi, dan Cianjur.

a. Sistim religi/kepercayaan
Masyarakat Sunda sebagian besar memeluk agama Islam. Namun di daerah pedalaman Sunda masih banyak masyarakat yang percaya pada hal – hal gaib dan tahayul. Orang Sunda mengenal dongeng yang erat hubunganya dengan tanaman padi. Menurut legenda ini, asal – usul padi berasal dari Dewi Sri, seorang putri raja yang ditenung. Konon Dewi Sri, karena melanggar aturan, mendapat kutukan dari Tuhan/Dewa, kemudian menjelma menjadi tumbuhan padi. Namun masyarakat sudah tidak lagi mempercayai, karena bertentangan dengan ajaran agama Islam.

Pada masyarakat Sunda dikenal macam – macam upacara keagamaan, seperti peringatan Maulid Nabi, Idul Fitri, Idul Adha, selamatan kelahiran anak, selamatan kematian, sunatan, pernikahan, dan selamatan pendirian rumah. Pada waktu mengikuti upacara selamatan orang tidak berani banyak bicara, tetapi khusyuk mengikuti doa.

Sampai sekarang orang Sunda masih suka berkunjung ke tempat – tempat yang dianggap keramat, atau tokoh yang dianggap sakti dan berjasa dalam bidang agama dan masyarakat. Tujuan mereka ziarah kubur ialah menyampaikan doa, permohonan, atau minta restu sebelum melakukan usaha, atau perlawatan. Meraka juga msih mempercayai pada benda – benda keramat, seperti keris pusaka, pedang tua, cincin, jimat asihan, dan sebagainya. Karena mereka menganggap, dengan memiliki benda – benda tersebut mereka merasa aman dan terjaga dari kemungkinan hal – hal yang bersifat jahat, seperti gangguan setan, santet, guna – guna, pellet, dan sebagainya.

b. Sistim kekerabatan
Sistim kekerabatan suku bangsa Sunda adalah parental, yaitu mengikuti garis keturunan dari kedua orang tua (ayah ibu). Semua anggota keluarga baik dari pihak laki – laki (ayah) maupun perempuan (ibu) yang masih memiliki ikatan pertalian darah dan keturunan termasuk dalam keluarga atau kerabat. Pada masyarakat Sunda, bentuk keluarga yang terpenting adalah keluarga batih, yang terdiri dari ayah, ibu dan anak – anak. Ada juga keluarga lain yaitu bapak/ibu mertua, keponakan, atau pembantu rumah tangga.

Selain keluarga batih, pada masyarakat Sunda dikenal kelompok kekerabatan yang dinamakan golongan keluarga. Dalam ilmu antropologi golongan keluarga disebut kindred. Selain itu, pada masyarakat Sunda ada kelompok kekerabatan berupa ambilinial, yang tergolong kerabat disekitar keluarga batih, tetapi berorientasi kea rah nenek moyang yang jauh dalam masa lampau. Keluarga ini disebut bondoroyot.

Orang Sunda mengenal 7 generasi ke atas dan 7 generasi ke bawah.

Ke atas Ke bawah

Kolot Anak
Embah Incu
Buyut Buyut
Bao Bao
Jangawareng Jangawareng
Udeg – udeg Udeg – udeg
Gantung siwur Gantung siwur

Dua generasi ke atas dan ke bawah dianggap memiliki hubungan kekerabatan fungsional, sedangkan tiga generasi ke atas dan ke bawah hanya mempunyai fungsi tradisional.   Moralitas masyarakat Sunda dalam perjodohan tercermin dari peribahasa lamun nyiar jodo kudu kanu sababad, sawaja jeung sebeusi, artinya mencari jodoh itu harus yang setingkat, derajadnya baik rupa, kekayaan, pangkat maupun agama dan keturunan.

Pada masyarakat Sunda, biasanya dilaksanakan secara sederhana menurut dasar – dasar agama Islam. Tradisi upacara nyawer dan buka pintu merupakan hal yang prinsip dan sangat ditunggu – tunggu oleh masyarakat yang menyaksikan acara pernikahan. Dalam upacara sawer, setelah kidung swer dikumandangkan maka sejumlah uang, biji beras, permen, dan kembang dilempar – lemparkan, sehingga menjadi rebutan anak – anak maupun orang tua.

c. Kesenian
Kesenian suku Sunda bermacam – macam, antara lain seni musik, seni tari, seni drama, kaligrafi, dan seni lukis. Demikian juga seni pertunjukan tradisional, seperti seni angklung, calung, gendang pencak, debus, jaipong, wayang golek, dan sebagainya. Seni pertunjukan wayang sedah berkembang sejak zaman Hindu, sebagai pengaruh dari seni budaya India. Masuknya pengaruh budaya barat menyebabkan kesenian tradisional Sunda mengalami kemunduran.
Etos budaya Sunda terlihat dari cirri – cirri kehidupannya, seperti ramah tamah, kekeluargaan, gotong – royong. Oleh sebab itu mereka selalu hidup rukun dan damai.

4. Suku Bangsa Dayak

Suku bangsa Dayak mendiami daerah Kalimantan Tengah, yang merupakan penduduk asli daerah itu. Dari sekian banyak suku bangsa Dayak di Kalimantan Tengah, diantaranya yaitu Dayak Ngaju, Dayak Ot-Danum, dan Dayak Ma’anyan.
Suku bangsa Ngaju bertempat tinggal di sepanjang sungai – sungai besar di Kalimantan Tengah, seperti Kapuas, Kahayan, dan Hulu sungai Melawai. Di daerah aliran sungai suku Dayak Ngaju tinggal disebelah hilirnya, sedangkan suku bangsa Ot-Danum didaerah hulunya. Desa – desa Ot-Danum lebih kelihatan ekslusif, sedangkan desa – desa Ngaju bersifat terbuka dan banyak didatangi penduduk dari luar. Suku bangsa Ma’anyan hidup tersebar di Kabupaten Barito Selatan, seperti Patai, Telang, Karau, dan Dayu. Menurut ahli antropologi, ketiga suku Dayak tersebut berasal dari keturunan yang sama, hal itu tercermin dari bahasa yang mereka gunakan, yang oleh Hudson disebut keluarga bahasa barito. Dari ketiga suku Dayak itu yang paling maju adalah suku bangsa Ngaju, karena dari mereka banyak orang terpelajar dan memegang kekuasaan dalam pemerintahan.

a. Sistim religi/kepercayaan

Sistim religi suku bangsa Dayak terbagi ke dalam empat golongan, yaitu penganut agama Islam, Kristen, Katholik, dan penganut agama pribumi. Agama asli suku Dayak ialah Kaharingan (air kehidupan). Dalam metodologi kuno masyarakat Dayak, air kehidupan itulah yang memberi kehidupan kepada manusia. Orang Dayak yang menganut Kaharingan mempercayai bahwa alam semesta itu penuh dengan makluk – makluk halus dan roh – roh (ngaju ganan) yang menempati batu – batu besar, pohon – pohon besar, hutan belukar, sungai, danau, dan sebagainya. Makluk halus yang dianggap memiliki peran penting dalam kehidupan orang dayak, yaitu roh nenek moyang ( ngajua, liau).

Menurut kepercayaan orang Dayak, jiwa orang mati meninggalkan jasadnya sebagai liau dan menenmpati alam tempat tinggal manusia. Liau akan kembali kepada dewa tertinggi yang di sebut Ranying. Namun prosesnya sangat lama dan melalui bermacam – macam tantangan dan ujian, sehingga akhirnya masuk dunia roh yang di sebut lewu liau. Untuk dapat berhubungan dengan roh nenek moyang, mereka mengadakan upacara ritual, seperti upacara pemberian sesaji, upacara penyambutan kelahiran anak, upacara membakar dan mengubur mayat, dan sebagainya. Apabila ada orang Dayak meninggal, jasadnya dikubur dahulu dalam sebuah peti yang terbuat dari kayu berbentuk perahulesung. Kuburan ini bersifat sementara, karena upacara yang terpenting adalah pembakaran mayat, yang oleh orang Dayak Ngaju disebut Tiwah. Pada upacara ini tulang belulang terutama tengkorak orang yang telah meninggal pada masa lalu digali, dan dipindahkan kesuatu tempat pemakaman yang tetap. Sebuah bangunan berukiran indah yang disebut sandung.

Pada orang Ma’anyan, tulang belulang tadi dibakar dan abunya ditempatkan ditempat pemakaman tetap, yang disebut tambak. Upacara tersebut dinamakan tiwah dan pelaksanaanya dihadiri seluruh sanak sodara. Selain makanan dan minuman upacara tersebut juga ditampilkan tarian suci yang dipimpin oleh ahli agama, yang disebut balian. Orang Dayak juga mengenal upacara adat yang bersifat kusus, yaitu upacara menanam, upacara memanen, dan upacara mengusir hama tanaman.

b. Sistim kekerabatan
Sistim kekerabatan suku bangsa Dayak ialah, ambilinial yaitu mengikuti garis keturunan dari laki – laki dan perempuan.

Adat perkawinan dalam masyarakat suku Dayak ialah perkawinan di antara dua saudara sepupu yang kakek – kakeknya saudara kandung, disebut perkawinan hajenan. Selain itu, perkawinan di antara dua orang saudara sepupu yang ibu – ibunya bersaudara sekandung dan diantara cross – cousin, yaitu anak – anak saudara laki – laki ibu, atau anak – anak saudara perempuan ayah.

Perkawinan yang dianggap kurang baik ialah perkawinan antara saudara sepupu yang ayah – ayahnya saudara kandung. Pada orang Dayak, hubungan seksual antara seorang mamak (paman) dengan kemenakan dianggap tercela, sehingga perlu dilakukan upacara peleburan dosa. Kedua orang yang melanggar tadi diwajibkan makan dari dulang, yaitu tempat makan babi sambil merangkak di hadapan warga yang sengaja diundang. Pelanggaran tersebut menurut kepercayaan Dayak dapat menimbulkan bencana bagi keluarganya dan bagi seluruh warga desa.

Orang Dayak tidak melarang gadis – gadis mereka menikah dengan laki – laki dari suku bangsa lain, asalkan pihak laki – laki bersedia bertempat tinggal di keluarga istrinya.pergaulan muda – mudi orang Dayak bersifat bebas dalam batas – batas tertentu.
Perkawinan orang Dayak bersifat monogamy. Adat Kaharingan sebenarnya tidak melarang seorang laki – laki beristri lebih dari satu, namun hal itu jarang dilakukan karena biaya untuk membayar ganti rugi bagi istri pertama sangay mahal dan memberatkan.

c. Kesenian
Orang Dayak terkenal pandai membuat kerajinan tangan berupa anyaman dari kulit rotan, seperti tikar, keranjang, dan topi. Menganyam merupakan pekerjaan kaum wanita. Selain itu orang Dayak juga terkenal pandai membuat kain tenun dari kapas dan kulit kayu. Pakaian asli adat Dayak laki – laki desebit ewah (cawat), yang dibuat dari kulit kayu, sedangkan kaum wanitanya menggunakan kain sarung dan baju yang juga dibuat dari kulit kayu.

Orang Dayak juga pandai membuat patung yang diukir dengan tangan. Rumah – rumah mereka terbuat dari kayu ukiran yang cara pembuatannya masih kasar yang dinamakan rumah panjang. Alat – alat kesenian yang digemari orang Dayak terbuat dari kayu yang dapat dipukul nyaring, yang dimainkan pada saat diadakan pesta tarian dan musik. Tarian orang Dayak antara lain, tari baleab dades, tari tambun, dan tari bubgai.
 



UJI KOMPETENSI 2
I. Pilihan Ganda
Pilihlah jawaban yang benar dengan memberi tanda silang pada abjad jawaban yang benar.

1. Berikut ini kelompok suku bangsa yang mendiami Kepulauan Indonesia ialah….
a. Melanesia     c. Polynesia e. Mongoloid
b. Proto-Austronesian d. Mikronesia

2. Mengetahui etnografi suku – suku bangsa di Indonesia sangatlah penting bagi ilmuwan, yaitu untuk….
a. Kepentingan ilmu pengetahuan
b. Memahami keragaman budaya Indonesia
c. Kepentingan penulisan antropologi
d. Membina persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia
e. Penyesuaian diri jika berada didaerah suku bangsa yang berbeda

3. Perkembangan sistim religi dalam masyarkat Indonesia tercermin dalam kegiatan berikut ini, kecuali….
a. Upacar keagamaan d. Keanekaragaman umat begarama
b. Peringatan hari – hari besar keagamaa e. Ilmu perdukunan/ilmu gaib
c. Membentuk keluarga

4. Sistim kekerabatan yang mengikuti garis keturunan dari pihak ibu disebut….
a. Bilateral b. Matrilinial    c. Unilateral       e. Altenerend   e. patrilinial

5. Organisasi social berikut ini yang tidak tergolong kelompok social adalah….
a. Marga      b. Suku bangsa   c. Karang taruna        d. Klan e. Ras

6. Berikut ini yang bukan tergolong mata pencaharian masyarakat tradisional ialah…
a. Berburu dan meramu c. Bercocok tanam e. Berdagang
b. Beternak d. Pertukangan

7. Alat transportasi paling tua yang pernah digunakan oleh manusia ialah…
a. Hewan besar seperti kuda dan unta c. rakiot atau sampan e. kereta api
b. Gerobak roda empat d. sepeda

8. Bahasa nusantara yang paling kompleks variasi tingkatan sosialnya ialah…
a. Bahasa Jawa c. Bahasa Indonesia e. Bahasa Batak
b. Bahasa Sunda d. Bahasa Minangkabau


9. Berikut ini suku-suku bangsa di Indonesia yang gemar bertualang dan hidup menetap di daerah lain, kecuali…
a. Jawa        b. Batak         c. Minang d. Makassar      e. Sunda

10. Suku bangsa di Indonesia yang mayoritas menganut agama Islam ialah…
a. Jawa        b. Sunda       c. Aceh d. Dayak e. Bali

11. Berikut ini suku-suku bangsa di Indonesia yang masih menganut kepercayaan terhadap arwah nenek moyang leluihurnya, kecuali….
a. Dani        b. Asmat          c. Arwah           d. Dayak e. Baduy

12. Adat perkawinan antara anak-anak dari dua saudara orang laki-laki dikenal dalam system kekerabatan…
a. Sunda        b. Jawa          c. Bali d. Minang e. Dayak

13. Istilah religi dalam masyarakat Bugis-Makssar adalah….
a. Kepercayaan c. Tradisi e. Arwah
b. Pangaderreng d. Atou

14. Berikut ini suku bangsa yang masih menerapkan upacara pembakaran mayat, kecuali…
a. Bali    b. Asmat   c. Bugis-Makassar            d. Dani e. Dayak

15. Pantangan kawin antara saudara sepupu terdapat dalam masyarakat…
a. Jawa    b. Bali   c. Bugis-Makassar      d.  Sundae.      E. Minagkabau


II. Uraian
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini secara singkat dan benar!
1. Sebutkan factor-faktor penyebab keberagaman budaya
2. Tunjukan dengan contoh, keberagaman suku bangsa sebagai factor penyebab keberagaman budaya nasional!
3. Sebutkan manfaat keberagaman budaya bagi masyarakat dan bangsa Indonesia!
4. Jelaskan pengaruh globalisasi terhadap keberagaman budaya di Indonesia!
5. Apakah manfaat mempelajari kebudayaan suku-suku bangsa di Indonesia





MODUL VII. 3

I. STANDAR KOMPETENSI, KOMPETENSI DASAR, INDIKATOR DAN MATERI  PEMBELAJARAN
STANDAR KOMPETENSI : Memahami kesamaan dan berbagai budaya
KOMPETENSI DASAR : Mengidentifikasi berbagai alternative penyelesaian masalah akibat adanya keragaman budaya.
INDIKATOR : - Keragaman budaya dijelaskan berdasarkan masalah – masalah yang timbul
- Integrasi nasional didiskribsikan berdasarkan kepentingan   dalam NKRI
  - menjaga keselarasan antar budaya diidentifikasikan      berdasarkan peran pemerintah dan masyarakat

MATERI PEMBELAJARAN : - masalah – masalah yang muncul akibat keragaman budaya
- Proses tahapan integrasi social/nasional
- Peran pemerintah dan masyarakat dalam menjaga keselarasan antar budaya

 
II. URAIAN MATERI PEMBELAJARAN

A. MASALAH – MASALAH YANG MUNCUL AKIBAT KEBERAGAMAN BUDAYA

Keberagaman budaya merupakan tantangan sekaligus peluang bagi masyarakat Indonesia. Sebagai tantangan apabila tidak dikelola dan ditangani dengan baik maka keragaman budaya dapat mendorong timbulnya pertentangan dan persaingan social. Sebagai peluang, keragaman budaya itu bila dibina dan diarahkan secara tepat, maka akan menjadi suatu kekuatan atau potensi dalam melaksanakan pembangunan bangsa dan negara Indonesia.
Berikut masalah – masalah yang sering muncul sebagai akibat dari keragaman budaya.

1. Pertentangan social akibat keberagaman budaya.

Kehidupan masyarakat Indonesia sangat majemuk dalam suku bangsa dan budaya. Salah satu dampak negatif yang muncul dari keberagaman suku bangsa dan budaya itu adalah timbulnya pertentangan antar budaya. Munculnya konflik antar budaya, seperti kerusuhan social yang terjadi di Jakarta, Ambon, Poso, Sambas, Aceh, dan sebagainya.
Peristiwa Sambas merupakan contoh konflik yang disebabkan oleh perbedaan etnis/suku bangsa antara suku Dayak (suku asli) dan suku Madura (pendatang).
Pada era reformasi sekarang ini, dampak negatif akibat keberagaman sosial budaya, antara lain sebagai berikut:
a. Menimbulkan krisis ekonomi dan moneter yang berkepanjangan dan sulit diatasi, menyebabkan naiknya harga barang – barang kenutuhan pokok serta rendahnya daya beli masyarakat.
b. Menimbulkan konflik antar elite politik dan golongan politik, sehingga menghambat jalannya roda pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan.
c. Menimbulkan konflik antar suku bangsa, antar golongan, atau antar kelas social, sehingga menyebabkan timbulnya perilaku anarkisme, terorisme, sekularisme, primordialisme, separatism, dan sebagainnya.
d. Menimbulkan perubahan social budaya yang terlalu cepat, sehingga terjadi perubahan nilai dan norma social, perubahan pranata dan lembaga social, perubahan pandangan hidup, perubahan sistim dan struktur pemerintahan, dan sebagainya.

2. Alternative pemecahan masalah akibat konflik antarbudaya

Sebenarnya sudah banyak upaya yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi masalah social akibat keberagaman budaya.
Metode – metode pemecahan masalah akibat konflik social budaya yang sering digunakan, antara lain sebagai berikut:

a. Metode kompetisi (competition)
Metode kompetisi adalah, pemecahan masalah dengan menggunakan teknik persaingan. Metode ini menyajikan suatu arena persaingan menang – kalah kepada pihak – pihak yang bertentangan. Apabila terjadi konflik dalam masyarakat, biasanya pihak yang berkuasa akan memanfaatkan kekuasaan yang dimilikinya. Misalnya, dengan memberikan

b. Metode menghindari (avoidance)
Metode menghindari adalah pemecahan masalag dengan cara salah satu pihak yang berselisih menarik diri atau menghindari konflik. Dalam metode ini biasanya pihak – pihak yang bertentangan mengambil keputusan untuk berpisah atau menghindar secara fisik.
Contoh, golongan elite politik pada masa orde baru menarik diri dan tidak ikut lagi dalam kegiatan politik praktis pada pemerintahan era reformasi sekarang ini.

c. Metode akomodasi (accommodation )
Adalah cara pemecahan masalah dengan menciptakan kondisi damai untuk sementara. Metode ini diterapkan apabila salah satu pihak yang bersedia memenuhi tuntutan pihak lawan. Metode ini digunakan untuk memelihara hubungan baik dengan harapan salah satu pihak mau mengalah.
Contoh, dalam penyelesaian konflik antara suku Dayak dengan suku Madura di Sambas, maka pemerintah memisahkan dua pihak yang bertikai dengan menyediakan penampungan sementara bagi pengungsi dari suku Madura sampai dicapai suatu kesepakatan damai.

d. Metode kompromi ( compromise)
Metode kompromi adalah, pemecahan masalah dengan cara melakukan perundingan damai. Metode ini tidak diarahkan untuk menentukan siapa yang menang dan siapa yang kalah, tetapi untuk mencari akar masalah, sehingga dicapai suatu kesepakatan damai. Metode ini dapat memperkecil permusuhan yang terpendam.

e. Metode kolaborasi (Collaboration)
Metode kolaborasi adalah pemecahan masalah dengan cara memberikan keuntungan yang sama kepada pihak – pihak yang berselisih. Metode ini mengubah konflik menjadi kerja sama. Dalam hal ini mengajak yang berkonflik untuk bekerja sama dan kompromi.

f. Metode pengurangan konflik
Metode ini sebagai alternative pemecahan masalah yang dapat digunakan yang bertujuan menekan atau mengurangi terjadinya antagonism yang ditimbulkan oleh konflik.
Ada dua cara yang digunakan untuk mengurangi konflik, yaitu:
1) Mengganti tujuan yang menimbulkan konflik dengan tujuan yang dapat diterima oleh kedua belah pihak yang berselisih.
2) Mempersatukan kedua pihak yang bertentangan dengan menimbulkan ancaman atau musuh dari luar.

B. PROSES TAHAPAN INTEGRASI SOSIAL DAN NASIONAL

Apabila konflik merupakan hasil proses social yang bersifat negatif, maka intrgrasi social dan nasional merupakan hasil proses social yang bersifat positif.
 Integrasi social dapat diartikan sebagai suatu proses bersatunya unsur – unsur social budaya yang berbeda – beda, sehingga tercipta kehidupan social dan nasional secara serasi dan teratur. Integrasi social dan nasional terwujud melalui tahapan tertib social, order, keajegan, dan keteraturan social budaya.

1. Tahapan proses integrasi social/nasional
Kita semua tentu menginginkan hidup tertib dan teratur dalam masyarakat. Kehidupan teratur tidak tercipta dengan sendirinya, tetapi harus ada kesadaran dari seluruh warga masyarakat untuk mewujudkannya. Caranya antara lain dengan mematuhi semua aturan dan norma – norma yang berlaku di masyarakat.
Adapun tahapan proses social budaya menuju terwujudnya integrasi social dan nasional, yaitu sebagai berikut.

a. Tindakan social
Tindakan social adalah pola perilaku anggota masyarakat dalam interaksi social. Tindakan social setiap orang berbeda – beda, akibat masing – masing orang mempunyai peran dan status social yang berbeda pula. Selain itu, tindakan social dipengaruhi oleh nilai – nilai dan norma social budaya yang berlaku dalam masyarakat.
Contoh tindakan social antara lain:
1) Siswa SMK pergi ke sekolah intuk belajar menuntut ilmu
2) Ayah pergi bekerja untuk mencari nafkah
3) Ibu pergi ke pasar untuk berbelanja

b. Pola social
Pola social adalah bentuk hubungan social yang bersifat tetap atau berpola dalam interaksi social. Pola social yang baik akan ditiru melalui proses imitasi dan identifikasi.
Contoh pola social dalam masyarakat:
1) Warga masyarakat bergotong royong membersihkan sampah
2) Warga masyarakat bermusyawarah untuk mengambil keputusan bersama
3) Warga masyarakat tolong menolong ketika ada musibah

c. Order social
Order social adalah norma – norma social yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat. Order social terbentuk dari pergaulan hidup masyarakat, bersifat melekat dan mengatur perilaku warga masyarakat. Pelanggaran terhadap order social akan mendapat sanksi berupa cemoohan, pengucilan, bahkan hukuman pidna bagi pelakunya.
Order social ada yang tertulis dan ada yang tidak tertulis.

1) Order social yang tertulis, berupa peraturan perundang – undangan ( UUD 45, undang – undang, Perpres, Permen, Perda, Tata tertib sekolah, dan sebagainya)
2) Order social yang tidak tertulis, berupa kebiasaan, adat istiadat, konvensi, tatakrama, etika sopan santun, dan norma social lainnya.

d. Keajegan social
Keajegan social adalah, siatu keadaan masyarakat yang teratur dan bersifat tetap/ajeg, tidak mudah berubah. Keajegan social timbul sebagai hasil hubungan yang serasi dan selaras dalam interaksi social antara perilaku dengan nilai dan norma social budaya yang berlaku dalam masyarakat.
Contoh keajegan social;
1) Laki – laki dewasa yang harus menjadi wali nikah, bukan perempuan
2) Ayah yang menjadi kepala keluarga, bukan ibu
3) Anak yang lazim hormat dan patuh kepada orang tua

e. Tertib social
Tertib social adalah suatu keadaan masyarakat yang tertib dan teratur. Tertib social merupakan hasil hubungan yang serasi dan selaras antara perilaku dan norma social dalam proses interaksi social. Tertib social terwujud apabila seluruh anggota masyarakat berperilaku sesuai dengan tuntunan nilai dan norma social.

2. Factor – factor pendorong integrasi social/nasional
Intergrasi social/nasional dapat terwujud dalam masyarakat Bhinneka Tunggal Ika. Kesadaran untuk hidup bersatu sebagai bangsa itu disebabkan masyarakat Indonesia mempunyai cita – cita dan tujuan luhur yang sama, yaitu masyarakat adil makmur berdasarkan UUD 1945.
Menurut Charles Coolay, intergrasi social/nasional akan timbul jika orang atau kelompok orang menyadari bahwa mereka memiliki kepentingan dan tujuan yang sama. Jadi, kesadaran atau solidaritas akan kepentingan dan tujuan yang sama menjadi dasar terwujudnya integrasi social/nasional.

Selanjutnya, menurut Coolay bentuk – bentuk kerja sama social sebagai dasar integrasi social/nasional yaitu:
a. Kerja sama spontan, yaitu hubungan kerja sama yang terjadi secara spontan. Misalnya, gotong royong memberihkan lingkungan.
b. Kerja sama langsung, yaitu hubungan kerja sama hasil perintah dari atasan langsung. Misalnya kerja sama antar guru mata pelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan.
c. Kerja sama kontrak, yaitu hubungan kerja sama atas dasar kontrak atau perjanjian. Misalnya, kerja sama antara karyawan pabrik dan pihak menajemen dalam meningkatkan kwalitas produksi.
d. Kerja sama tradisional, yaitu hubungan kerjasama atas dasar kebiasaan dan nilai – nilai adat istiadat. Misalnya kerjasama masyarakat dalam upacara penguburan jenazah di daerahnya.

Dengan kerja sama dan gotong royong, suatu tujuan dan pemenuhan kebutuhan akan mudah dicapai. Integrasi social akan lebih berkembang jika terdapat factor pendorong berikut:
a. Seluruh anggota menyadari akan manfaat integrasi social
b. Adanya program masyarakat yang jelas dan terarah
c. Berkembangnya semangat kerjasama, kekeluargaan, dan gotong royong.
d. Adanya factor saingan atau ancaman dari luar, sehingga integrasi luar, sehingga integrasi social menjadi lebih kukuh.
e. Adanya berbagai pranata dan lembaga social yang berperan mewadahi aktivitas kehiduAdanya berbagai pranata dan lembaga social yang berperan mewadahi aktivitas kehidupan masyarakat.

C. PERAN MASYARAKAT DAN PEMERINTAH DALAM MENJAGA KESELARASAN ANTARBUDAYA

Ahli sejarah, H.B. Yassin berpendapat bahwa perkembangan kebudayaan suatu bangsa tidak dapat dipisahkan dari pengaruh social politik. Pembangunan kebudayaan merupaka amanat UUD 1945 Pasal 32 yang berbunyi “Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia”. Itulah sebabnya pengembangan kebudyaan menjadi salah satu program pembangunan nasioanal yang diarahkan sebagai berikut:

1. Meningkatkan usaha pembinaan dan pemeliharaan budaya nasional untuk memperkuat kepribadian bangsa, kebangsaan nasional, dan kesatuan nasional, termasuk menggali dan memupuk kebudayaan daerah sebagai unsur – unsur budaya yang memperkaya pada budaya nasional.
2. Membina dan memelihara tradisi – tradisi serta peninggalan sejarah yang mempunyai nilai – nilai perjuangan kebangsaan untuk mewariskannya kepada generasi muda.
3. Membina kebudayaan nasional harus sesuai dengan norma – norma Pancasila. Disamping ditujukan untuk mencegah tumbuhnya nilai – nilai social budaya yang bersifat feudal, juga untuk menanggulangi pengaruh negatif masuknya budaya asing.

Sasaran pembinaan kebudayaan dalam Ketetapan MPR RI No. IV/MPR/1978 tentang GBHN bidang kebudayaan adalah sebagai berikut:

1. Nilai – nilai budaya Indonesia harus terus dibina dan dikembangkan guna memperkuat kepribadian bangsa, mempertebal rasa harga diri dan kebangsaan nasional serta memperoleh jiwa kesatuan nasional.
2. Kebudayaan nasional terus dibina atas dasar norma – norma Pancasila dan diarahkan pada penerapan nilai – nilai yang tetap mencerminkan kepribadian bangsa serta meningkatkan nilai – nilai luhur.
3. Dengan tumbuhnya kebudayaan nasional yang berkepribadian, maka sekaligus dapat menanggulangi pengaruh budaya asing yang negatif. Disamping menumbuhkan kemampuan masyarakat untuk menyaring dan menyerap nilai – nilai budaya luar yang positif  guna pembaharuan dalam proses pembangunan.
4. Disiplin nasional dibina dan dikembangkan lebih nyata dalam usaha memperkukuh kesetiakawanan nasional, menanamkan sikap mental, tenggang rasa, hemat bersahaja, kerja keras, cermat, tertib, penuh rasa pengabdian, jujur, dan kewiraan.
5. Usaha – usaha pembangunan bangsa perlu ditingkatkan disegala bidang kehidupan dalam rangka usaha memperkukuh kesatuan dan kesatuan bangsa.
6. Pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dilaksanakan dengan mewajibkan penggunaanya dengan baik dan benar.
7. Pembinaan bahasa daerah dilaksanakan dalam pengembangan bahasa Indonesia dan untuk memperkaya perbendaharaan bahasa Indonesia sebagai salah satu sarana identitas nasional.
8. Di dalam rangka pembinaan kesenian perlu dikembangkan kebijaksanaan yang menopang tumbuhnya kreatifitas seniman sehat.
9. Pembinaan kesenian daerah ditingkatkan dalam rangka mengembangkan kesenian – kesenian nasional agar dapat lebih memperkaya kesenian Indonesia yang beraneka ragam.
10. Tradisi dan peninggalan sejarah yang mempunyai nilai perjuangan kebangsaan, serta kemanfaatan nasional tetap dipelihara dan dibina untuk memperkaya dan memberi corak pada kebudayaan nasional.

Dengan demikian, pembangunan kebudayaan nasional sebagai usaha sadar untuk memelihara, menghidupkan, memperkaya, membina, menyebarluaskan, dan memanfaatkan segenap perwujudan, serta keseluruhan hasil pemikiran. Disamping itu, membentuk kemauan serta perasaan manusia Indonesia dalam rangka perkembangan kepribadian manusia, perkembangan hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan alam, dan hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa untuk dihayati, diresapi, dan dinikmati oleh seluruh anggota masyarakat.
Peran masyarakat dan pemerintah dalam menjaga kelestarian budaya yaitu sebagai berikut:

1. Memelihara kebudayaan nasional dengan cara:
a. Mengelola, menggali, dan memperbaiki budaya tradisional yang tersebar di seluruh tanah air Indonesia
b. Meneliti, mendokumentasi, dan melestarikan perbendaharaan budaya nasional
c. Meningkatkan perlindungan cagar alam

2. Menghidupkan budaya nasional dengan cara:
a. Membangun sarana, lembaga, dan pusat – pusat penelitian, pengkajian, penyajian, dan pendidikan kebudayaan.
b. Membangkitkan dan mengembangkan perbendaharaan kebudayaan nasional
c. Menghasilkan tenaga terdidik melalui pendidikan formal maupun non-formal, yang akan mempunyai profesi di bidang kebudayaan antara lain sebagai seniman pelaku, pencipta, dan pamong pengembangan kebudayaan nasional.
d. Mendorong pendidikan seni budaya melalui jalur non-formal yang diselenggarakan dalam bentuk kegiatan – kegiatan pendidikan kebudayaan di lingkungan keluarga dan masyarakat.

3. Memperkaya budaya nasional dengan cara:
a. Mengolah bentuk, corak, langgam, dan/atau budaya local dan tradisional untuk diselaraskan dengan tingkat perkembangan kehidupan bangsa Indonesia dan perkembangan manusiawi di masa depan.
b. Membina bahasa dan sastra Indonesia serta bahasa dan sastra daerah.
c. Membangkitkan dan memupuk terus menerus sumber – sumber penciptaan melalui pengembangan gagasan – gagasan dan karya – karya baru.
d. Mendorong penciptaan kontemporer dari pada karya kesenian dan karya akal budi
e. Menyediakan bantuan keuangan dan/atau peralatan oleh pemerintah bagi usaha non-  pemerintah dibidang pengembangan kebudayaan dalam batas kesanggupan keuangan negara dan sesuai dengan prioritas pembangunan nasional.

4. Membina ketahanan kebudayaan nasional dengan cara:
a. Mengamati dan meneliti semua unsur dan kegiatan kebudayaan asing yang dapat merugikan tata nilai kehidupan dan kepribadian bangsa Indonesia
b. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam hal daya penangkapan, pemilihan, penyerangan, dan penyesuaian unsur – unsur kebudayaan asing terhadap perkembangan peradaban bangsa, sehingga merupakan pengolah budaya yang fungsional.
c. Mengatur, mengamati, dan mengarahkan penggunaan sarana dan lembaga kebudayaan
d. Mengingatkan penulisan sejarah nasional dan pengembangan kesadaran sejarah, baik masa lampau, masa kini, dan masa akan datang
e. Menggiatkan pengenalan dan perlindungan tradisi serta peninggalan sejarah yang mempunyai nilai – nilai perjuangan dan kebangsaan nasional

5. Menyebarluaskan dan memanfaatkan kebudayaan nasional dengan cara:
a. Memperluas kemungkinan dan kemampuan anggota masyarakat untuk turut menghayati, menikmati, membina, memperkaya, memiliki, dan menyebarluaskan hasil karya kebudayaan nasional.
b. Memperluas pandangan hidup, perhatian dan ketrampilan anggota masyarakat bagi kepentingan perkembangan peradaban.
c. Membudayakan hubungan kerja dan kesanggupan, perkembangan pusat – pusat pemukiman dan penggunaan peralatan audiovisual serta media komunikasi lainnya.

UJI KOMPETENSI
I. Pilihan ganda
Pilihlah jawaban yang benar dengan memberikan tanda silang pada abjad a, b, c, atau d.

1. Kerusuhan social yang terjadi di Poso merupakan konflik yang disebabkan oleh perbedaan…
a. Bahasa d. Politik
b. Agama e. Budaya
c. Suku bangsa

2. Tragedy Trisakti di Jakarta yang mengawali era reformasi pada dasarnya dipicu oleh….
a. Konflik ekonomi d. Konflik sosial
b. Konflik politik e. Konflik budaya
c. Konflik agama

3. Sikap yang menganggap suku bangsa dan kebudayaan orang lain lebih rendah dengan menggunakan ukuran kebudayaan sendiri, disebut….
a. Etnosentrisme d. Rasionalisme
b. Primordialisme e. Provinsialisme
c. Sekularisme

4. Metode pemecahan masalah dengan cara menimbulkan arena persaingan menang – kalah bagi pihak – pihak yeng bertikai disebut….
a. Kompetisi d. Kompromi
b. Menghindari e. Kolaborasi
c. Akomodasi

5. Teknik pemecahan masalah yang memberikan keuntungan yang sama kepada pihak – pihak yang bertikai, disebut….
a. Kompetisi d. Kompromi
b. Menghindari e. Kolaborasi
c. Akomodasi

6. Berikut ini perilaku yang bertentangan dengan nilai – nilai kebudayaan nasional, kecuali….
a. Etnosentrisme d. Nasionalisme
b. Sukuisme e. Chauvinisme
c. Akomodasi  


7. Alternative pemecahan masalah oleh pemerintah dalam menyelesaikan konflik Poso adalah…..
a. Mempertemukan tokoh – tokoh dari kedua pihak yang bertikai
b. Memberikan otonomi khusus d. Memberlakukan hukum darurat sipil
c. Melaksanakan operasi militer e. Membentuk Komnasham

8. Corak hubungan social yang bersifat tetap dan dipakai sebagai contoh, disebut…
a. Order social d. Konflik sosial
b. Keajegan e. Tertib Sosial
c. Pola social

9. Kerjasama social yang terjadi secara otomatis dalam kehidupan masyarakat, disebut….
a. Kerjasama spontan d. Kerjasama tradisional
b. Kerjasama langsung e. Kerjasama kooptasi
c. Kerjasama kontrak

10. Berikut ini factor – factor yang mendorong integrasi social, kecuali….
a. Persamaan tujuan atau kepentingan
b. Persamaan unsur – unsur social budaya
c. Perasaan senasib dan sepenanggungan
d. Sikap terbuka untuk menerima unsur – unsur budaya baru
e. Persaingan dan pertemuan

II. Uraian
Jawablah pertanyaan dibawah ini secara singkat dan benar.


1. Sebutkan contoh masalah – masalah yang muncul akibat keanekaragaman budaya !

2. Sebutkan perbedaan metode preventif dan metode represif !

3. Jelaskan dampak konflik antarbudaya yang pernah terjadi di Indonesia !

4. Sebutkan factor – factor pendorong Integrasi !

5. Jelaskan secara singkat cara mengatasi masalah tawuran pelajar !  


 


MODUL VII. 4

I. STANDAR KOMPETENSI, KOMPETENSI DASAR, INDIKATOR DAN MATERI  PEMBELAJARAN
STANDAR KOMPETENSI : Memahami kesamaan dan berbagai budaya
KOMPETENSI DASAR : menunjukkan sikap toleransi dan empati social terhadap keragaman budaya
INDIKATOR : - menghargai budaya orang lain ditunjukkan dalam sikap sehari hari
- menjaga dan melestarikan budaya local ditunjukkan  dalam kehidupan sehari hari

MATERI PEMBELAJARAN : - menghargai budaya orang lain
- menjaga dan melestarikan budaya lokal


II. URAIAN MATERI PEMBELAJARAN

1. Sikap toleransi dan empati terhadap keberagaman budaya

Sikap toleransi berarti sikap yang rela menerima dan menghargai perbedaan dengan orang atau kelompok lain. Empati adalah sikap yang secara iklas mau merasakan pikiran dan perasaan orang lain. Sikap toleransi dan empati merupakan pengendali masalah akibat keberagaman budaya sehingga tidak mengarah kepada pertentangan social yang dapat mengancam disintegrasi nasional.
Semangat persatuan dan kesatuan bangsa sudah ada sejak jaman kerajaan Majapahit, sebagai bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal Ika, kita tidak layak bersikap sukuisme, rasialisme, chauvanisme, primordialisme, serta anarkisme dalam kehidupan bermasyarakat karena bertentangan dengan nilai – nilai luhur budaya dan jati diri bangsa Indonesia.

Adapun cara untuk dapat menhargai orang lain/suku bangsa lain yang berbeda latar belakang budaya dapat dilakukan sebagai berikut:

a. Menganggap orang / suku bangsa lain sebagai bagian dari bangsa Indonesia.
b. Menganggap orang / suku bangsa lain sebagai makluk pribadi dan makluk social ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
c. Menerima dan menghargai orang / suku lain sebagai manusia yang memiliki kelebihan dan keterbatasan dalam hal – hal tertentu
d. Menerima dan menghargai orang / suku lain sebagai manusia yang memiliki persamaan kedudukan, harkat, martabat dan derajad, serta hak dan kewajiban azasi
e. Menerima dan menghargai orang / suku lain sebagai pemilik dan penghuni tanah air Indonesia ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
f. Menerima dan menghargai orang / suku lain sebagai manusia yang memiliki latar belakang social budaya yang berbeda – beda dalan ras, suku bangsa, agama, bahasa, adat istiadat, profesi, golongan, politik, dan sebagainya.

2. Sikap positif dan kritis terhadap keberagaman budaya

Selain dapat menimbulkan dampak negatif berupa guncangan dan ketimpangan budaya, globalisasi bisa berdampak positif, yaitu memperkaya khasanah budaya nasional Indonesia.
Sikap perilaku disiplin, keterbukaan, tertib, mandiri, menghargai waktu, sportif, dan sejenisnya, semua itu diadopsi dari budaya luar terutama dari Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang, sangat berguna bagi masyarakat Indonesia yang cenderung bersikap santai dan malas.
Walaupun budaya luar banyak bermanfaat bagi bangsa Indonesia, tetapi kita tetap harus agar eksistensi jati diri bangsa Indonesia tetap terjaga. Derasnya pengaruh nilai – nilai budaya global, sejalan dengan proses modernisasi masyarakat, tentu menimbulkan masalah – masalah social. Masalah social yang sering timbul sebagai dampak negatif globalisasi dan modernisasi yaitu sebagai berikut:
a. Semakin meningkatnya arus urbanisasi dari desa ke kota, sehingga timbul kerawanan social yang berupa pengangguran, pemukiman kumuh, kriminalitas, mobilitas gelandangan, dan sebagainya.
b. Terjadi perubahan struktur social, dari masyarakat pertanian tradisional menjadi masyarakat industry modern yang cenderung bersifat feudal, kapitalis, secular, dan materialistis.
c. Semakin memeudahkan masuknya unsur – unsur budaya luar yang negatif, sehingga mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat, seperti berkembangnya budaya narkoba, penyimpangan social, perilaku kebarat – baratan dan sejenisnya.
d. Semakin tajamnya kesenjangan social antara golongan orang kaya dengan miskin, sehingga timbul kecemburuan social, menajamkan konflik rasial, memudarnya nilai – nilai budaya asli, dan sebagainya.

Gagasan dan pemikiran untuk mengatasi memudarnya jati diri bangsa antara lain sebagai berikut:
a. Gagasan yang perlu dikembangkan

Berikut gagasan atau pemikiran untuk mengatasi memudarnya jati diri bangsa akibat pengaruh globalisasi.

1. Pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional perlu meningkatkan program pendidikan bela negara.
2. Pemerintah melalui Departemen Pariwisata dan Kebudayaan memprogramkan upaya – upaya pemeliharaan dan pengembangan seni budaya daerah, antara lain melalui seminar, loka karya, pergelaran seni, dan sebagainya.
3. Masyarakat melalui tokoh – tokohnya perlu berupaya melakukan pembinaan terhadap seni budaya daerah masing – masing.
4. Dilingkungan sekolah, para guru memprogramkan upaya pembinaan mentalitas generasi muda/para pelajar tentang pentingnya memelihara eksistensi jati diri bangsa.
5. Para pemuda hendaknya proaktif dalam memprogramkan upaya pembinaan terhadap generasi muda tentang pentingnya memelihara jati diri
6. Setiap warga negara perlu menyadari akan pentingnya menjaga eksistensi jati diri bangsanya dengan selalu bersikap selektif dalam menerima pengaruh nilai – nilai global.

b. Sikap yang perlu dikembangkan

Kita sering mendengar istilah kritis. Sikap kritis yang bagaimana yang perlu dikembangkan untuk mengatasi memudarnya jati diri bangsa ?
Kritis berarti sikap yang tidak mudah menerima begitu saja sesuatu yang dikatakan orang lain. Pendapat atau tanggapan yang muncul dari orang yang kritis disebut kritik. Orang yang pekerjaanya mengkritik segala sesuatu hal atau pendapat pihak lain disebut kritikus.
Sikap kritis dalam mengatasi memudarnya jati diri bangsa dapat dilakukan sebagai berikut :

1. Menyadari secara kritis bahwa kita merupakan bagian dari masyarakat Indonesia yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.
2. Menyadari secara kritis bahwa kehidupan masyarakat Indonesia sangat beraneka ragam dalam suku bangsa dan budaya.
3. Menyadari bahwa kebudayaan itu cenderung berubah dan bertahan sejalan dengan perubahan yang terjadi dalam masyarakat
4. Bersikap kritis, rasional, dan selektif terhadap pengaruh masuknya unsur – unsur budaya global.
5. Bersikap kritis, rasional, dan selektif terhadap permasalahan yang timbul akibat perubahan social.
6. Ikut secara aktif dan kreatif dalam mengatasi persoalan social yang timbul akibat pengaruh perubahan social.

c. Sikap positif yang perlu dikembangkan
1. Sikap terbuka
Sebagai perilaku yang kritis, kita harus bersikap terbuka terhadap perubahan yang terjadi. Sebab, tidak semua pengaruh budaya global bersifat negatif, tetapi banyak pula yang positif. Pengaruh sikap pisitif kita dukung, tetapi pengaruh negatifnya kita hindari.

2. Sikap antisipatif
Antisipatif, artinya kita harus selalu tanggap dan peka terhadap perubahan yang terjadi. Sikap antisipatif dapat dimulai dengan mengamati dan meneliti pengaruh budaya yang terjadi.

3. Sikap selektif
Sikap selektif ini maksudnya memilih mana pengaruh yang baik dan mana yang tidak baik. Proses seleksi artinya memilih pengaruh manakah yang paling memberikan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain.

4. Sikap adaptif
Sikap adaptif artinya sikap yang berusaha menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi. Proses seleksi memberikan keputusan apakah seseorang menerima atau menolak suatu pengaruh perubahan social.

D. Sikap negatif yang perlu dihindari

1. Sikap tertutup dan curiga
Sikap tertutup dan curiga pada masyarakat tradisional hanya akan menghambat perubahan social. Pada jaman sekarang sikap demikian harus dihindari, karena apabila kita bersikap tertutup maka proses pembaharuan tidak akan berjalan lancer. Sikap tertutup merupakan cirri masyarakat tradisional.

2. Sikap apatis
Sikap apatis artinya sikap acuh tak acuh terhadap persoalan yang terjadi pada masyarakat. Sikap ini muncul biasanya pada masyarakat yang kecewa, misalnya kecewa terhadap pemerintah.

3. Sikap tidak selektif
Sikap tidak selektif adalah sikap tidak mampu memilah milah dampak pengaruh perubahan social. Akibatnya mereka mudah terbawa arus perubahan yang bersifat negatif.

4. Tidak mempunyai inisiatif
Tidak mempunyai inisiatif berarti tidak mempunyai ide, gagasan, atau prakarsa untuk berbuat sesuatu. Pada era global sekarang ini, sangat dibutuhkan orang – orang yang memiliki sikap, kreatif, dan inisiatif.


B. MENJAGA DAN MELESTARIKAN BUDAYA LOKAL

Budaya local memiliki peran dan kedudukan penting karena merupakan unsur – unsur pembentuk budaya nasional. Karena itu, kita perlu menjaga dan melestarikan budaya local agar tidak punah.


1. Pentingnya menjaga dan memelihara budaya local
Pemeliharaan budaya local dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya melalui kongres bahasa daerah, pergelaran seni budaya daerah. Beberapa fungsi bahasa daerah sebagai berikut :

a. Lambang kebanggaan daerah dan masyarakat penuturnya
b. Lambing identitas daerah dan masyarakat penuturnya
c. Alat penghubung di dalam keluarga dan masyarakat
d. Pendukung sastra daerah dan sastra Indonesia
e. Sarana pendukung budaya daerah dan budaya nasional

      Apabila kesadaran terhadap pentingnya sastra daerah telah timbul, maka pembinaan yang perlu dilakukan adalah meningkatkan mutu apresiasi sastra daerah. Upaya peningkatan ini dapat dilakukan melalui pendidikan, pengajaran, pemasyarakatan, dan pemberdayaan sastra daerah.

2. Manfaat menjaga dan melestarikan budaya local
Pemahaman identitas diri suatu bangsa dapat dilakukan secara mendalam berdasarkan perspektif budaya bangsa itu sendiri.









UJI KOMPETENSI

I. PILIHAN GANDA

1. Keanekaragaman masyarakat dan kebudayaan Indonesia tercermin dalam semboyan….
a. Tut Wuru Handayani
b. Bhinneka Tunggal Ika
c. Etos budaya bangsa Indonesia
d. Kebudayaan nasional bangsa Indonesia
e. Dasar negara Pancasila

2. Berikut nilai – nilai luhur budaya yang berfungsi mempersatukan masyarakat dan bangsa Indonesia, kecuali….
a. Primordialisme d. Tolong menolong
b. Gotong royong e. Toleransi
c. Kekeluargaan

3. Sikap yang tidak mudah menerima begitu saja sesuatu yang dikemukakan orang lain, disebut….
a. Kritis c. Apatis e. Antisipatif
b. Selektif d. Adaptif

4. Sikap kritis akan mendorong terbentuknya perilaku….
a. Mandiri dan intelek
b. Masa bodoh
c. Cermat dalam mengatasi situasi
d. Tertutup dan kaku
e. Berpikir social

5. Sikap terbuka terhadap perubahan social ditunjukan oleh sikap…
a. Menerima pengaruh social
b. Menolak pengaruh social
c. Memilih pengaruh global yang positif
d. Rasional, selektif, dan adaptif
e. Jangan mudah terpengaruh

6. Sikap rasional dalam menghadapi pengaruh yang baik, disebut….
a. Kritis c. Antisipatif e. apatis
b. Selektif d. adaptif

7. Contoh sikap selektif dalam memnghadapi perubahan social adalah…
a. Menerima saja pengaruh budaya global
b. Meniru gaya berbusana yang rapi
c. Mengkaji budaya global yang masuk
d. Mengganti mesin tik dengan komputer
e. Membanggakan kemajuan bangsa lain

8. Mengganti mesin tik dengan komputer adalah sikap…
a. Kritis c. Antisipatif e. Rasional
b. Selektif d. Adaptif

9. Berikut ini sikap negatif dalam menghadapi perubahan social, kecuali….
a. Tertutup c. Apatis e. Fanatik
b. Curiga d. Adaptif

10. Penolakan masyarakat Baduy terhadap modernisasi merupakan contoh sikap…
a. Tertutup c. Apatis e. Selektif
b. Curiga d. Adaptif


III. JAWABLAH PERTANYAAN – PERTANYAAN DI BAWAH INI.

1. Tunjukan dengan contoh sikap toleransi masyarakat terhadap keberagaman budaya.
2. Apakah yang dimaksud sikap kritis dalam menghadapi keberagaman budaya?
3. Mengapa kita harus bersikap kritis terhadap keberagaman budaya?
4. Apa manfaat sikap kritis terhadap keberagaman budaya?
5. Sebutkan 2 contoh sikap pisitif terhadap keberagaman budaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar